Hukum

Wakapolres Bukittinggi Tembak Anak Buah

BUKITTINGGI  - Amukan Brigadir Eriwaldi, karena gajinya belum dibayarkan, berujung insiden penembakan oleh atasannya sendiri, Wakapolres Bukittinggi Kompol Arif Budiman di halaman Mapolres, Senin (3/6) pukul 13.00 WIB. Selain itu, Dini (30), seorang pengendara motor yang melintas di depan markas polisi itu juga terluka diduga terkena pantulan peluru dari senjata sang perwira menengah ini.

Saat mengamuk, bintara yang sehari-hari bertugas di Bagian Tata Usaha Polres Bukittinggi ini sempat sempat mengancam atasannya menggunakan parang. Saat itu, ia menunggu atasannya di halaman Mapolres untuk minta persetujuan pembayaran gaji. Brigadir Eriwaldi diketahui belum menerima gaji selama empat bulan.

Tak lama berselang, Kompol Arif Budiman pun datang. Kesempatan ini langsung dimanfaatkan Brigadir Eriwaldi untuk minta persetujuan pembayaran gaji. Entah kenapa, keduanya pun terlibat pertengkaran. Brigadir Eriwaldi langsung melawan dengan mengeluarkan parang yang terselip di balik bajunya.

Namun, nyali Kompol Arif Budiman tak kecut. Ia pun langsung mencabut senjatanya dan mengarahkan ke kepala Eriwaldi. Khawatir dengan keselamatannya ia pun berusaha melarikan diri. Di saat itulah pistol dari Kompol Arif Budiman menyalak dan mengenai betis kanan Eriwaldi. Peluru yang sama diduga memantul mengenai Dini yang waktu itu mengendarai sepeda motor di jalan Sudirman, depan Mapolres.

Usai kejadian, Eriwaldi langsung diamankan di dalam Mapolres, sementara korban Dini dilarikan ke IGD Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi yang berada di samping Mapolres. Usai proyektil dikeluarkan, kondisi Dini sudah mulai sadar. Meski demikian, korban yang didampingi suaminya Soleh, belum bisa diminati keterangan. Sementara itu, hasil olah TKP, terlihat dua bekas tembakan di aspal, tepat di gerbang masuk halaman Mapolres.

Tidak berselang lama, Eriwaldi pun ke luar dari Mapolres. Dengan kaki luka tembak yang sudah diperban, ia mencak-mencak dan memaki-maki dengan perkataan perlakuan diskriminatif yang dialaminya.

‘’Saya menemuinya (Wakapolres, red), karena saya belum menerima gaji selama empat bulan. Tapi apa yang terjadi, justru saya akan ditembak dengan mengarahkan moncong pistol ke mata saya. Padahal, istri dan anak saya perlu makan,’’ tegasnya di hadapan puluhan anggota Polresta Bukittinggi.

Sementara orangtua Dini, Tin (50) mengaku terkejut ketika mengetahui anaknya jadi korban. Sebab, Dini waktu itu memakai sepeda motor dari arah Padangluar menuju Belakang Balok Bukittinggi untuk suatu keperluan. ‘’Saya sangat terkejut ketika mendapatkan kabar Dini tertembak,’’ ujarnya di RSSN Bukittinggi. Hingga kemarin sore, Dini baru saja usai operasi di kepalanya untuk mengangkat proyektil peluru.

Kapolres Bukittinggi AKBP Eko Nugrahadi membenarkan kejadian itu. Ia mengatakan, anggotanya yang bernama Brigadir Eriwaldi, adalah orang tidak disiplin dan terlibat beberapa kasus sehingga gajinya selama empat bulan tertahan.  ‘’Tindakan yang telah dilakukan Brigadir EW sangat membahayakan nyawa rekan sejawatnya, dan Wakapolres Kompol Arif Budiman sebagai atasannya. Dia sekarang ditangani Propam,’’ sebut AKBP Eko Nugrohadi.

Ia juga membantah jika Wakapolres Bukittinggi Arif Budiman memuntahkan tembakan sebanyak tiga kali, sehingga mengenai masyarakat umum. ‘’Yang benar adalah dua kali tembakan, satu tembakan peringatan ke udara, dan satu lagi diarahkan kepada kaki Brigadir Eriwaldi, karena ia berusaha melarikan diri. Tembakan kedua inilah yang diduga mengenai korban Dini, setelah sebelumnya memantul dari aspal setelah menembus kaki Brigadir Eriwaldi,’’ ujarnya.

Kapolres juga mengatakan insiden kemarin sudah diketahui Mabes Polri dan Polda Sumbar. ‘’Mengenai sanksi dan hukuman apa yang akan diberikan kepada anggota yang bermasalah ini, masih menunggu hasil penyelidikan Propam Polda Sumbar,’’ ungkap Kapolres.

AKBP Eko juga meminta maaf kepada warga yang terkena tembakan akibat insiden kompol versus brigadir itu. ‘’Warga yang mengalami luka tembak karena peluru nyasar tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan Polri dalam hal ini Polres Bukittinggi dalam biaya perawatannya sampai tuntas,’’ pungkas Eko dengan mimik masih tegang.

Dikonfirmasi terpisah, Arif Budiman yang juga mantan Kasalantas Polresta Padang mengatakan, Eriwaldi adalah Bintara 1997 yang bermasalah. Sudah hampir satu tahun tidak masuk kerja, kecuali hanya mengambil gaji di Bendahara Satker (Bensat) Polres Bukittinggi. Karena tidak masuk-masuk kerja, diperintahkanlah Bensat untuk menahan gaji yang bersangkutan. ‘’Penahanan gaji walaupun itu adalah haknya, itu sangat diperlukan guna mengetahui kemana saja Eri Waldi selama tidak masuk dinas,’’ kata Arif Budiman.

Sebelum dipindahkan dari Buser ke Tata Usaha pada 2011, kata Arif, Eriwaldi sudah pernah disidang kode etik karena tidak masuk masuk kerja tanpa alasan sebanyak dua kali. Walaupun sudah disidang, tidak membuat ia jera. ‘’Bahkan sudah ada informasi Eriwaldi ikut-ikutan mengedarkan Narkoba, sampai-sampai ada petugas khusus yang melakukan pemantauan. Sebagai Wakapolres, saya masih ingin melakukan pembinaan. Eriwaldi dipindahkan dari Buser ke Tata Usaha,’’ tambah Arif.

Arif menjelaskan, atas kebijaksanaan Polres Bukittinggi tersebut membuat Eriwaldi tidak senang kemudian mengancam akan membunuh Bensat Iptu Chairul (55). Kursi sampai dileparkan pada Chairul yang mengakibatkan kepalanya bocor mengeluarkan darah, sekitar pukul 11.00 WIB. Tidak hanya Chairul yang bocor kena lempar kursi, ruang Bensat sampai berantakan, meja dipatahkan, kaca-kaca dipecah. Saat itu, Eri belum membawa parang.  

Sekitar pukul 11.45 WIB, lanjutnya, Eri Waldi datang lagi. Kali ini membawa parang. Saat itu, Iptu Chairul sudah berada di ruang Kepala SPK membuat laporan penganiayaan dan perusakan. Eri Waldi marah-marah akan membunuh Chairul.  

‘’Mendengar ribut-ribut di halaman kantor, saya ke luar ingin tahu apa yang terjadi. Ternyata Eri Waldi mengacung-acungkan parang ingin membunuh Chairul. Untuk mengantisifasi tidak jatuh korban, saya perintahkan untuk menjatuhkan parang, namun tidak digubrisnya, malahan semakin beringas. Setelah melakukan tembakan dua kali ke udara, akhirnya laras pistol saya arahkan ke kakinya. Satu peluru merobek betis kanan Eri Waldi,’’ ulas Arif.

Sayangnya, ada satu butir peluru setelah membentur tembok kemudian melayang ke pengendara sepeda motor Dini. Beruntung Dini pakai helm sehingga peluru hanya menyerempet pelipis. ‘’Polres Bukittinggi bertanggungjawab mengobatinya sampai sembuh, termasuk Eriwaldi,’’ kata Arif mengakhiri.

Sementara Kapolda Sumbar Brigjen Pol Noer Ali membenarkan penembakan yang dilakukan Wakapolres Bukittinggi Kompol Arif Budiman. Menurut Kapolda, peristiwa penembakan terjadi karena kondisi terpaksa. ‘’Melihat anggota itu mengejarnya dengan menggunakan senjata tajam, ia pun langsung melumpuhkannya,’’  kata Noer Ali.

Dijelaskannya, Eriwaldi adalah salah seorang anggota Polresta Bukittinggi yang bermasalah. Sudah selama empat bulan tak masuk kantor tanpa alasan jelas. Sehingga Wakapolres sebagai pimpinan yang bertanggungjawab terhadap anggota, memberikan sanksi dengan melakukan pemotongan gaji.

Di samping itu, diduga Eriwaldi memiliki dendam dengan Wakapolres karena sudah memberikannya sanksi.‘’Karena tak terima dengan adanya pemotongan gaji tersebut, dia marah-marah dan membawa senjata tajam,’’ terang Noer Ali dilansir riaupos.co.id.(rep2)