Sport

Tiga Bulan tak Gajian, Angkat Besi Tagih Komitmen Pemerintah

Jakarta - Selain bulutangkis, angkat besi termasuk cabang olahraga prioritas yang berpeluang mendulang emas di SEA Games, di Myanmar, Desember mendatang. Namun, prioritas pun tak memberi jaminan angkat besi jadi bebas hambatan. Angkat besi juga mengalami persoalan serupa seperti cabang olahraga lain: tiga bulan atlet-atletnya tak digaji.

Hal itu diungkapkan pelatih angkat besi, Lukman di Senayan, Jakarta, Jumat (20/9/2013). Dia mengatakan, total sudah tiga bulan dia dan atletnya belum menerima gaji. "Saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Ini sebenarnya persoalan basic banget, seharusnya pemerintah bisa mengatasinya, karena persiapan ini pasti sudah diprogram sejak tahun lalu, tapi kok bisa tersendat di tengah jalan. Ini kan sebuah tanda tanya besar. Ada apa?" ujarnya.

Diceritakan Lukman, hampir setiap hari ia ditanya atlet-atletnya tentang masalah gaji yang tak kunjung keluar. "Tapi ya mau gimana lagi, saya hanya minta untuk mereka sabar, sembari mencari solusi. Saya pun juga sudah tanya ke manajer pelatnas, dia juga sama belum mendapat jawaban dari pemerintah," terangnya.

Adapun besar gaji atlet angkat besi itu sebesar 5 juta per bulan, belum dipotong pajak. Sementara gaji pelatih sebesar 7 juta per bulan, belum dipotong pajak. Dengan jumlah uang itu, seharusnya pemerintah sudah memperhitungkannya sejak awal. Tapi, lagi-lagi pemerintah pun tak bisa memberikan solusi yang pasti terhadap persoalan ini.

Lukman dan kawan-kawan pantas untuk menuntut. Karena masalah gaji ini bukan saja persoalan materi saja, tapi juga berefek pada persiapan atlet menuju SEA Games. "Jelas dong. Sekarang begini, mereka (pemerintah) menuntut prestasi lebih, tapi faktor pendukungnya saja tidak ada," ungkapnya.

"Seperti suplemen saja. Coba bayangkan, satu botol suplemen dibagi tiga atlet itu untuk sebulan. Padahal harusnya, satu botol per atlet setiap bulan. Atlet 'kan jadi berfikir juga, ini kenapa? Makanya saya tidak tahu lagi harus bagaimana." keluhnya.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan gizi atlet, sedianya atlet butuh lima sampai enam ribu kalori untuk mendukung latihan agar lebih maksimal. Dana, untuk memenuhi kebutuhan kalori itu tak cukup dengan makan makanan sehari-haari saja, tapi butuh asupan lain. Ia mencontohkan vitamin C.

"Untuk vitamin C, kita itu butuh 1000 mg per hari. 'Kan tidak bisa hanya dengan buah- buahan saja. Tetap butuh suplemen juga, vitaminnya juga harus yang berkualitas. Belum lagi untuk protein sama kalsium, itu juga harus diperhatikan," terangnya.

Tak hanya nutrisi, efek psikologis para atlet juga menjadi sedikit terganggu. "Mereka tetap latihan, tapi pasti mikir juga gaji telat, bagaimana nih? keluarga di rumah bagaimana. Akhirnya, atlet latihan juga tidak fokus. Jadi kalau nanti tidak sesuai target jangan disalahkan. Bukan masalah kita pesimistis, tapi ini cukup berpengaruh terhadap persiapan kami." sebutnya.

Ia berharap, pemerintah bisa memperhatikan masalah ini. Sebab ini masalah bukan sekali dua kali, tapi sudah menjadi persoalan klasik. "Saya cuma minta pemerintah menjalankan komitmennya saja." ujarnya. (rep1)