Nasional

Rupiah Diprediksi Menguat dalam Minggu Ini

Jakarta-Mata uang rupiah berpotensi menguat pada pekan ini. Meskipun demikian, masih adanya sentimen positif bagi dolar AS menjadi penghambat bagi rupiah untuk berbalik positif.
 
Kepala Riset NongHyup Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, laju rupiah di akhir pekan kemarin masih melanjutkan pelemahannya seiring belum adanya sentimen positif. Kembali menguatnya laju dolar AS seiring dengan respon positif terhadap menurunnya angka klaim pengangguran AS dan memberikan sentimen negatif bagi Rupiah. 
 
Sebelumnya disampaikan, kondisi global yang membuat laju dolar AS melonjak memberikan sentimen negatif bagi rupiah sehingga mengakibatkan pelemahan lanjutan. Sentimen-sentimen yang ada dan potensi pelemahan lanjutan jika ada harus tetap dicermati.
Laju rupiah ditarget level support Rp 13.080. Masih adanya sentimen positif bagi dolar AS tentu menjadi penghambat bagi rupiah untuk berbalik positif. Rupiah bergerak di kisaran Rp 13.185-13.170 seperti tercatat di kurs tengah BI. 
 
Menurut Reza, mengawali pekan kemarin, laju rupiah terlihat berbeda dibandingkan laju IHSG yang menguat. Tampaknya harapan akan berlanjutnya penguatan rupiah gagal terjadi.
 
Pascakonfirmasi atas kondisi ekonomi AS yang ternyata belum menunjukkan perbaikan sehingga berimbas pada masih akan ditundanya fed rate tidak banyak berimbas positif pada laju rupiah yang cenderung melemah setelah pelaku pasar mulai berspekulasi pertumbuhan ekonomi AS akan lebih stabil atau setelah merespon kenaikan ISM manufacturing new orders dan masih bertumbuhnya penjualan mobil.
 
Di hari lainnya, meski dirilis data pertumbuhan GDP yang di bawah estimasi namun, laju rupiah mampu bergerak positif. Tampaknya pelaku pasar telah mengantisipasi adanya perlambatan tersebut sehingga tidak menjadi sentimen yang terlalu negatif bagi pergerakan laju rupiah.
 
BPS merilis data pertumbuhan GDP yang hanya sebesar 4,71 persen dibandingkan kuartalan sebelumnya 5,01 persen dan di bawah konsensus 4,95 persen dan perkiraan pihaknya, 4,75 persen. Penguatan yang terjadi menghapuskan kekhawatiran sebelumnya.
 
Harapan akan berlanjutnya penguatan rupiah tidak terjadi dimana rupiah lebih memilih berbalik melemah. Padahal, laju dolar AS juga sedang mengalami pelemahan seiring dengan rilis data-data AS yang cenderung kurang baik. Di sisi lain, kembali melemahnya laju euro seiring dengan munculnya kembali kekhawatiran akan deadlock penyelesaian utang Yunani dengan para kreditor menambah sentimen negatif bagi investor sehingga meski laju dolar AS terlihat melemah namun, pelemahan tersebut tidak membuat posisi dolar AS di bawah laju euro.
 
Dengan demikian, laju rupiah pun terkena imbas pelemahan tersebut. Apalagi laju rupiah juga masih terimbas rilis data pertumbuhan GDP Indonesia yang melambat dimana hanya sebesar 4,71 persen dibandingkan kuartalan sebelumnya 5,01 persen dan di bawah konsensus 4,95 persen dan perkiraan pihaknya, 4,75 persen.
 
Tidak jauh berbeda dengan ulasan IHSG dimana Rupiah masih akan terkena pelemahan lanjutan seperti yang disampaikan sebelumnya.
 
Masih adanya imbas dari rilis data pertumbuhan GDP Indonesia yang melambat dan seiring dengan berbalik naiknya dolar AS pascamerespon pidato The Fed yang mengatakan bahwa suku bunga AS dalam jangka panjang dapat naik seiring langkah AS yang akan menormalisasikan kebijakan moneternya memberikan sentimen negatif bagi rupiah. Rupiah bergerak di kisaran 13.260-12.955 seperti tercatat di kurs tengah BI. (rep05)