Suka Makan Daging Manusia, Pria Ini mengaku Bermurnya Panjang
ilustrasi
Seorang pria dari suku pedalaman Papua New Guinea bernama Akaro-Muru, mengaku menjadi orang tertua yang hidup di dunia saat ini pada usia 129 tahun.
Dilansir worldnewsdailyreport bahkan yang lebih mengejutkan, para sesepuh suku Omo Masalai menambahkan bahwa umur panjang didapatkan ini adalah karena ritual kanibalisme yang masih dipraktekkan oleh sukunya secara teratur.
Prajurit tua tersebut dijunjung tinggi oleh suku lain dan menyandang predikat tultul yakni posisi kehormatan yang diberikan kepada kepala perang yang sudah pensiun. Bahkan para tetua lain dari suku Omo Masalai mengklaim bahwa ia sudah tua saat mereka masih anak-anak, tapi tidak ada yang benar-benar tahu berapa usianya.
Akaro-Muru sendiri bahkan tidak mampu menghitung hingga 129, tapi seperti banyak prajurit dari klan Omo Masalai, ia memiliki kalung morbid yang terbuat dari gigi manusia yang memungkinkan dia untuk merekam usianya.
Sejak ia menjadi seorang prajurit pada usia 12, ia mengumpulkan gigi dari setiap korban yang dikorbankan oleh sukunya selama ritual kanibalisme yang terjadi setahun sekali. 117 gigi di kalung Kepala Suku tersebut yang menunjukkan dia kemungkinan berumur 129 tahun.
Hidup jauh di dalam hutan di bagian utara Provinsi Chimbu (atau Simbu), banyak anggota suku Omo Masalai masih berlatih ritual kanibalisme secara teratur.
Mereka percaya bahwa dengan makan musuh-musuh mereka, mereka dapat menyerap energi vital yang dikenal sebagai mana dan akanmemperkuat mereka. Jenis ritual ini sebagian besar tersembunyi dari pemerintah namun masih dipraktekkan saat ini di banyak daerah pedalaman Papua.
"Mana adalah apa yang membuat saya hidup dan kuat" kata tetua suku. "Setiap kali saya makan daging manusia, aku bisa merasakan aliran energi melalui tubuh saya dan merasa muda lagi. Hal ini lebih baik daripada obat manusia ... itu adalah sihir! "
Kebanyakan ahli medis tidak setuju dengan teori Akaro-Muru itu. Namun mengklaim tidak ada efek positif dari kanibalisme, tapi banyak kemungkinan efek samping negatif.
Ini termasuk peningkatan risiko penyakit prion seperti kuru dan penyakit Creutzfeld-Jacob. Pada awal abad ke-20, sebuah epidemi kuru memang menghancurkan Fore, sebuah suku kanibal di dataran tinggi timur Papua Nugini dan epidemi itu terkait dengan ritual Fore dari makan otak manusia yang sudah mati. (rep05/kpc)
Tulis Komentar