London-Masjid itu menyempil di sudut jalan. Berdiri di sisi sebuah perempatan di Sneinton, di kawasan pinggir selatan Nottingham, Inggris. Ukurannya mungil. Kira-kira tak lebih dari tiga kali ukuran lapangan basket.
Dindingnya dari batu bata merah. Tersusun rapi. Namun dibiarkan telanjang tanpa dilapis plester semen. Jendela-jendela lancip menjadi pembeda masjid itu dengan gedung-gedung tua di sekitarnya.
Sebuah menara juga dibuat. Menjulang belasan meter di salah satu sudut bangunan utama. Berkubah mungil berwarna hijau di bagian puncaknya.
Inilah Masjid Jamia Masjid Sultania yang sederhana. Tempat ibadah kaum muslim yang baru diresmikan awal April silam. “Ini menara masjid pertama di Nottingham,” kata pemimpin masjid Aurangzeb Khan dikutip Dream dari Nottingham Post, Kamis 8 Mei 2014.
“Ini merupakan simbol masjid yang bisa dilihat dari jarak bermil-mil,” tambah pria yang usianya hampir delapan puluh tahun itu. Setidaknya, dibutuhkan dana hampir dua puluh empat miliar untuk merenovasi bangunan itu. Semuanya hasil patungan.
Dulunya, lokasi tempat masjid ini adalah sebuah bar. Jester Bar namanya. Sebuah tempat pesta malam dan menenggak minuman keras yang terkenal pada era empat puluh tahun silam.
Namun pamor tempat minuman beralkohol dan pesta malam yang terkenal itu lama-kelamaan pudar. Tak lagi terdengar hingar bingar musik di tengah malam. Bar itu kalah bersaing dengan tempat minum baru yang banyak bermunculan. Sehingga bertahun-tahun ditinggalkan, dibiarkan kosong terbengkalai.
Lima tahun silam, The Hazrat Sultan Bahu Trust, sebuah lembaga amal muslim di Negeri Ratu Elizabeth, membeli gedung yang batanya mulai menghitam itu. Menurut laman chersonandmolschky.com, gedung ini dibeli dengan harga hampir delapan miliar. Tiga miliar lebih tinggi dari harga permulaan.
Setelah dibeli, izin mendirikan bangunan segera diurus. Setahun berselang, izin itu turun. Dan pada 2011, pengerjaan fisik bangunan mulai dilaksanakan. Proyek itu baru kelar tiga tahun kemudian.
Umat muslim bisa menggunakan masjid ini kapan pun. Terutama untuk salat lima waktu. Sebelumnya, selama berpuluh-puluh tahun, muslim di Sneinton hanya beribadah di rumah-rumah.
“Saya sangat bangga melihat menara simbol Islam itu. Kami senang memiliki masjid istimewa di pusat Sneinton,” tutur Imam Maulana Mohammad Aslam Rabbani yang memimpin salat saat pembukaan masjid ini. (rep05)