BAGANSIAPIAPI - Hasil kedelai milik petani di Kabupaten Rokan Hilir ternyata kerab diekspor ke luar negeri yakni Malaysia, Singapura, China, maupun provinsi tetangga seperti Sumatera Utara dan lainnya. Hal ini jelas mendatangkan berkah bagi petani lokal untuk terus membudidayakan jenis tanaman tersebut. Sayang, produksi kedelai itu banyak tak dimanfaatkan petani lokal untuk diolah menjadi bahan yang bernilai ekonomis.
"Setiap tahunnya hasil panen kedelai di Rohil memang selalu diekspor dan mencukupi pasokan luar daerah seperti Sumut. Kedelai yang kita hasilkan tetap bermutu tinggi, ini yang menjadikan nilai ekpor kedelai Rohil menjanjikan. Namun, untuk pengolahannya sendiri di Rohil masih minim," sebut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Rohil, Ir Muslim melalui Kabid Produksi Pertanian, Suriadi, Kamis (12/9/2013) di Bagansiapiapi.
Diakuinya, selama ini para memang petani kedelai di Rohil telah mengeluhkan tidak adanya pengelolaan idustri kedelai. Akibatnya, para petani harus mempersiapkan kemasan kedelai hasil panenya untuk di jual ke luar daerah. "Padahal luas lahan tanaman kedelai yang ada di Rohil sangat mencapai 500 hektar. Produksi bisa sebanyak 2.500 ton per tahun dengan masa panen tiga kali," timpalnya.
Dikatakan Suriadi, daerah penghasil sentra kedelai Rohil terletak di dua kecamatan yakni, di Kepenghuluan Pedamaran, Kecamatan Pekaitan dan Kepenghuluan Sinaboi, Kecamatan Sinaboi. "Dua daerah ini menjadi sentra tanaman kedelai, meskipun di Sinaboi tidak terlalu luas seperti yang ada di Pedamaran," sambungnya.
Soal harga, lanjutnya, saat ini para petani bisa dikatakan makmur karena tingginya harga kedelai di pasaran. Hal ini diyakini karena melemahnya rupiah sementara permintaan barang meningkat tajam. "Saat dollar menguat seperti sekarang ini, harga kedelai cukup tinggi yakni Rp6.000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp4.000 per kilogram," katanya. (rep1)