Politik

Mahfud: Partai Islam Bisa Menang Jika Bersatu di Pemilu 2014

Jakarta-Lembaga Survei Nasional (LSN) mengeluarkan hasil survei terkait nasib partai Islam dalam pemilu 2014. Banyaknya kasus korupsi yang menyangkut beberapa partai Islam turut berimplikasi pada elektabilitas mereka.
 
Kemudian LSN mengeluarkan nama-nama tokoh yang dianggap mampu mempersatukan partai Islam, salah satunya adalah Mahfud MD. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menilai jika seluruh partai Islam bersatu, maka kekuatan yang dimiliki akan sangat diperhitungkan.
 
"Saya melihat kekuatan politik ke depan itu poros pertama Golkar, kedua itu PDIP, dan ketiga adalah partai-partai tengah (partai Islam) jika berkoalisi. Itu bisa memliki kekuatan sendiri yang signifikan sebagai parti berbasis muslim," kata Mahfud kepada detikcom, Minggu (24/11/2013).
 
Namun Mahfud menilai sulit menyatukan partai-partai Islam karena saling memperebutkan posisi. Ia pun berharap partai Islam bersatu bukan untuk sebuah posisi melainkan ide yang dikerjakan serius secara bersama.
 
"Partai berbasis muslim itu sulit bersatu karena rebutan posisi. Itu sulit dihindari, lalu yang tidak dapat pergi ke poros lain dengan alasannya mengawal," ujar Mahfud.
 
Sementara itu, menanggapi kepercayaan publik terhadap partai Islam, Mahfud berpendapat hal tersebut tak terelakan setelah beberapa petinggi partai Islam terjerat kasus korupsi. Ia menambahkan kemerosotan kepercayaan bukan pada kepartaiannya namun ketidakpercayaan muncul pada sudut keislaman yang diusung partai itu.
 
"Partai Islam itu mengalami kemerosotan kepercayaan dari sudut keislamannya. Kalau dari sudut umum hampir semua partai terutama partai yang lama duduk di parlemen. Jadi survei LSN itu mengkonfirmasi pendapat saya," tutup Mahfud.
 
Seperti yang diketahui, Mahfud MD menduduki posisi pertama seabgai sosok paling potensial mempersatukan partai Islam dalam pemilu 2014. Sementara posisi kedua adalah Rhoma Irama.
 
Survei yang dilakukan LSN ini dilakukan 20-30 Oktober 2013 dengan teknik wawancara tatap muka menggunakan kuisioner kepada 1.240 responden. Survei juga dilengkapi analisis 10 media massa nasional. (rep05)