Politik

Indonesia Butuh Capres Mumpuni

Jakarta - Indonesia butuh capres alternatif yang lebih baik, berjiwa muda, berintegritas-berkapasitas, militan, progresif, pluralis dan memiliki pemikiran visioner. Memimpin negara tidak seperti memimpin provinsi, sebab republik ini mengandung masalah yang sangat kompleks. Sosok presiden alternatif terus dicari publik.
 
Para analis politik menilai, munculnya nama Joko Widodo, Ganjar Pranowo dan lainnya belumlah memberi jaminan dan harapan, sebab mereka baru bisa berpikir sebagai gubernur. Menjadi pemimpin Indonesia, dibutuhkan sosok yang memenuhi kriteria seperti disebutkan di atas.
 
Survai LSI dan CSIS menyingkapkan nama-nama seperti Megawati, Prabowo, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Wiranto dan lainnya menyeruak ke ruang publik. Indonesia dengan seabrek masalah ekonomi, hukum, dan intoleransi memerlukan sosok pemimpin yang negarawan, pluralis, dan berani mengambil risiko. Calon presiden juga diharapkan fokus pada tugasnya mengurusi negara, bukan disibukkan dengan partainya atau keluarganya.
 
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro dan Dosen Fisip Unair Haryadi menilai, calon presiden alternatif bisa dimunculkan bila memiliki sosok dengan jiwa kenegarawanan untuk membangun negeri dan mengatasi segala permasalahan dan ketidakpastian.
 
Menurut para pakar politik itu, pemimpin Indonesia, harus cakap dan berani mengambil risiko dengan pilihan kebijakannya. Wawasan dan komitmen multikulturalisme yang tinggi, juga menjadi syarat mutlak. Sebab, saat ini dan ke depan, banyak ekspresi ketidakpuasan dalam keanekaragaman ikatan identitas budaya, baik etnik, agama, bahasa, maupun jender sebagai konsekuensi pilihan jalan demokrasi dengan kondisi masyarakat yang serba "kurang".
 
Sementara itu, penting sekali aspek kapasitas dan integritas sebagai syarat pemimpin, bukan semata populer atau pintar dan bergelar panjang. Rekam jejak yang bagus serta visi yang jelas akan membawa Indonesia lebih baik.
 
Indonesia butuh pemimpin yang punya hati nurani, memahami semangat proklamasi dan komitmen ke-Indonesia-an, serta punya nyali menjalankan hati nuraninya. “Pemimpin Indonesia seharusnya satrio pinandito sinisiyan wahyu; bijaksana, cerdas, dan ksatria," ujar Dr Dimas Oky Nugroho, pengamat politik lulusan Unair dan Australia.
 
Namun, semua itu tak akan berarti bila pemimpin tak bisa fokus dalam tugasnya. Bila calon presiden masih diganggu urusan partai atau perusahaan, dia tak akan mampu konsen memajukan Indonesia sepenuh hati. Kita butuh pemimpin yang rela berkorban, menjadi martir demi bangsa dan negara, bukan justru mencari kenikmatan dan kekayaan dari jabatannya. Inilah persoalan dan tantangan bagi capres mendatang.(rep03)
 
 
 
!