Hukum

Kisah Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M

Rohilonline.com -  Presenter kondang Ferdi Hasan menceritakan kisah investasi bodong yang dialaminya. Awalnya, Ferdi bertemu dengan financial planner bernama Ligwina Hananto. Ferdi kenal Wina--sapaan Ferdi untuk Ligwina--pertama kali pada 2006-2007.
 
Ferdi menyatakan awalnya ia berdiskusi dengan Ligwina hanya untuk mengatur keuangannya, bukan saran investasi. "Diskusinya cocok sama Wina pada waktu itu," kata Ferdi, seperti yang dilansir dari Tempo.com, Senin, 14 April 2014.
 
Karena merasa cocok, kata Ferdi, ia mulai menerima saran investasi dari Wina. "Dulu investasinya masih terukur, semacam reksadana," kata dia. Investasi berisiko tinggi dimulai Ferdi di index trading. Ligwina menyarankannya untuk menggelontorkan dana Rp 1 miliar.
 
Pengembaliannya terbilang cepat. Dalam satu minggu, kata Ferdi, ia mendapat untung Rp 500-600 juta. Ia pun kembali menuruti Ligwina yang menyarankan dana Rp 2 miliar untuk diinvestasikan. Ternyata, investasi kedua tak semulus yang pertama, uang Ferdi Rp 2 miliar merugi. "Tapi saat minus, saya tanya Wina, dia malah jawab enggak tahu," kata dia.
 
Sejak itu Ligwina mulai mengenalkan Ferdi pada investasi sektor riil. Ia dikenalkan pada Michael Ong dari Golden Trade International. Lagi-lagi, Ligwina menyarankan Ferdi untuk investasi awal Rp 1 miliar. Kali ini investasinya cukup lancar. "Selalu on time selama setahun," kata Ferdi.
 
Kemudian Ferdi dikenalkan pada financial planner lain bernama Benny Rahardjo, yang menyarankannya untuk berinvestasi di perkebunan jati. Saking meyakinkannya, kali ini Ferdi sampai mengagunkan rumah. Setelah tiga tahun berjalan, sertifikat tanah yang dijanjikan jadi dalam enam bulan tak ada kabar. Setelah Ferdi mencari tahu, tanah lahan yang disebut untuk perkebunan jati pun bermasalah.
 
Di saat yang hampir bersamaan dengan saran investasi jati, Benny juga menyarankan Ferdi untuk berinvestasi di perusahaan yang menyediakan jasa skilled labour. "Saya ambil saham mayoritas 300 juta," kata Ferdi. Namun nahas, pengelola perusahaan tersebut hilang tanpa kabar.
 
Yang paling besar adalah saat ia disarankan untuk menginvestasikan dananya di Trimas dan GTI. Totalnya, kata Ferdi, ia menginvestasikan Rp 2,5 miliar. Selain itu, ia juga menjual emas miliknya dan membelikannya di GTI sebanyak Rp 10 miliar. Namun tiga bulan kemudian, Trimas pailit dan pengurusnya siap mengganti. Penggantian tak berjalan lancar. Tanah yang dijanjikan ternyata tak tersedia. (Rep01/tpc)