Festival Bekudo Bono 2013

Ombak Bono buat Peselancar Menari-nari

Festival Selancar Bono di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (19/11/2013). (rep1)
PELALAWAN - Perhelatan wisata dibalut olahraga ekstrem, Festival Bekudo Bono 2013 di Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (19/11/2013), berlangsung seru. Peselancar lokal dan luar negeri menari-nari di atas ombak Bono yang semakin dahsyat.
 
Festival Bekudo Bono secara resmi dibuka oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dr Sapta Nirwandar. Fenomena alam yang jarang terjadi ini semakin meriah karena Pemerintah Kabupaten Pelalawan menggelar lomba selancar; amatair, profesional dan Bekudo Bono. Gelombang Bono akan sampai pada puncaknya hari ini Rabu (20/11/2013) hari ini dan Kamis (21/11/2013) besok.
 
Ratusan wisatawan sejak Selasa pagi sudah memadati lokasi Bono, yang cukup jauh dari Kota Pangkalan Kerinci, Ibukota Pelalawan. Saat siang bergeser menuju ke pukul 12.30 WIB, ombak Bono tampak terasa semakin membesar. Dari anjungan pengintai Bono di Tanjung Subayang, fenomena alam ini terlihat meluncur dari hilir Sungai Kampar menuju hulu sungai. Berbarengan dengan pasangnya air sungai, terlihat dari jauh gelombang Bono bergulung-gulung hingga puluhan kilometer menuju Ibukota Kecamatan Teluk Meranti.
 
Fenomena alam yang begitu menakjubkan! Dari jauh, terlihat gelombang besar yang terjadi bersamaan dengan pasang naik dan pasang surut sungai dengan ketinggian puncak gelombangnya mencapai empat hingga enam meter. Gelombang tersebut hampir selebar Sungai Kampar.
 
Bersamaan dengan itu, para peselancar dari luar negeri yang sengaja datang untuk menikmati Bono langsung menyambut gelombang penuh suka cita dengan papan selancarnya. Dengan lincahnya, mereka menari-nari di selembar papan selancar bagaikan penari di atas panggung dengan irama yang memukau. 
 
Bagi orang kebanyakan, mungkin melihat orang berselancar di pantai adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di sungai adalah suatu hal yang luar biasa. Dan itulah yang terjadi di hamparan Sungai Kampar.
 
Biasanya ombak hanya terjadi di tepi pantai atau laut akibat perubahan arus air. Gelombang akibat tiupan angin dapat juga terjadi di danau yang luas. Tetapi ombak yang terjadi di sungai hanya ada di empat lokasi, salah satunya di Sungai Kampar ini.
 
Gelombang Bono terjadi akibat benturan tiga arus air, yang berasal dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan aliran air Sungai Kampar yang berbenturan di muara Sungai Kampar dengan menimbulkan gelombang besar yang menggulung dan menghempas jauh ke dalam sungai sehingga dapat menggulung dan menenggelamkan perahu serta kapal-kapal baik besar maupun kecil.
 
Menurut cerita penduduk setempat, muara Sungai Bono yang disebut penduduk sebagai Kuala Kampar itu memiliki ombak Bono yang dapat mencapai ketinggian enam hingga sepuluh meter. Tapi itu juga tergantung kondisi dan keadaan pada saat kejadian. Dari cerita Melayu lama berjudul 'Sentadu Gunung Laut', disebutkan bahwa setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka.
 
Hal ini masuk akal karena 'mengendarai' Bono intinya adalah menjaga keseimbangan badan, di luar masalah mistis. Bono sebenarnya terdapat di dua lokasi yaitu di Muara (Kuala) Sungai Kampar dan di Muara (Kuala) Sungai Rokan. Masyarakat setempat menyebut Bono di Kuala Kampar sebagai Bono Jantan karena lebih besar, sedangkan Bono di Kuala Rokan sebagai Bono  Betina karena lebih kecil.
 
Dulu, karena masih ada sifat mistis di lokasi tersebut, maka untuk 'mengendarai' Bono harus dengan upacara 'semah' yang dilakukan pagi atau siang hari. Upacara dipimpin oleh Bomo atau Datuk atau tetua kampung dengan maksud agar 'pengendara' Bono selalu mendapat keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya.
 
Selain itu ada cerita mistis yang berhubungan dengan gelombang Bono ini yaitu cerita tentang Banjir Darah di Mempusun atau Mempusun Bersimbah Darah dan terbentuknya Kerajaan Pelalawan 1822 Masehi. Sekarang, masyarakat sekitar Kuala Kampar menganggap Bono sebagai 'sahabat alam'. Penduduk berani 'mengendarai' Bono dengan sampan mereka tidak dengan menggunakan papan selancar pada umumnya.
 
Memang, mengendarai sampan di atas ombak Bono menjadi suatu kegiatan ketangkasan. Tetapi kegiatan ini memiliki risiko tinggi karena ketika salah mengendarai sampan, maka sampan akan dapat dihempas oleh ombak Bono, tak jarang yang sampannya hancur berkeping-keping.
 
Bono dapat dilihat pada setiap bulan pada saat terjadi pasang besar, namun pada akhir tahun atau pada musim Barat, Bono akan terjadi lebih besar.
 
Wamen Parekraf Sapta Nirwandar mengatakan, gelombang Bono merupakan suatu kekayaan alam. "Gelombang Bono ini suatu nikmat dan anugerah dari Tuhan, karena tidak semua daerah atau negara mempunyai sungai yang bisa memunculkan gelombang seperti ini," katanya.
 
Sapta mengatakan, dari puluhan tempat wisata selancar di dunia, gelombang Bono di Teluk Meranti merupakan salah satu gelombang sungai yang terbaik. "Bono merupakan wisata yang unik dan ke depan bisa menjadi ikon wisata di Kabupaten Pelalawan dan Riau," jelasnya.
 
Sapta sempat naik helikopter melihat langsung dari dekat dahsyatnya gelombang Bono yang dijinakkan para peselancar. Ia didampingi Bupati Pelalawan HM Harris. (rep1)