Wah, Hama Wawung Serang Kebun Warga Rohil
BAGANSIAPIAPI - Dinas Perkebunan Rohil mengaku sudah memberikan bantuan obat pembasmi hama sawit atas serangan kumbang badak (Wawung). Namun, jenis hama kumbang wawung membutuhkan jenis obat khusus.
"Sudah ada dibantu untuk petani sawit di Kepenghuluan Jumrah, bahkan dibantu dari Disbun Riau. Tetapi, memang obat pembasmi hama wawung berbeda, dan sedang kita pesan dari Medan, Sumatera Utara," ujar Kepala Dinas Perkebunan Rohil, Muktar Lutvie, menanggapi keluhan petani perkebunan lokal atas terjadinya serangan wawung, Jumat (5/4).
Dikatakannya, beberapa warga sudah mencoba membuat jaring untuk menangkap hama jenis kumbang tersebut. Meski demikian, pihaknya tetap menerima keluhan yang disampaikan petani sawit. Sebab dibeberapa lokasi areal perkebunan sawit, jenis hama yang didapati berbeda dan bukan tergolong jenis kumbang.
"Kemarin tim sudah turun ke lokasi melakukan pengecekan, memang jenis hama yang menyerang tanaman sawit di Kepenghuluan Jumrah berbeda. Persoalan ini tetap ditanggapi secara serius," sebutnya.
Sebelumnya, para petani sawit di Kepenghuluan Jumrah mengeluhkan sebanyak 500 hektar lebih perkebunan sawit milik mereka terancam mati terserang hama wawung, dalam membasmi tanaman perkebunan kerab mengerat umbut kelapa. Akibatnya, penghasilan masyarakat disektor perkebunan sawit jauh menurun.
"Jika ditotal keseluruhan lahan milik masyarakat yang terserang hama wawung lebih 500 hektar. Sejauh ini belum ada solusi, sebab perkembangbiakan hama ini tidak diketahui, sehingga sulit ditanggulangi. Kondisi ini sudah berlangsung setahun lebih," ungkap salah seorang Petani Sawit, Sukardi.
Ia menerangkan, hama ini menyerang tunas muda kelapa sawit, akibatnya sawit menjadi layu dan kering. Lama kelamaan sawit akan mati dengan sendiri dan batangnya membusuk. Masyarakat sendiri sudah berupaya berkoordinasi dengan dinas perkebunan, tetapi belum membuahkan hasil.
"Kemarin salah seorang perwakilan mencoba konsultasi dengan disbun, dan belum ada upaya penanganan. Katanya ada bantuan obat pemberantas hama wawung tetapi belum ada didapat, jadi warga hanya menunggu," terangnya.
Selain pohon sawit terancam mati, hasil produksi buah jauh menurun, jika normal dalam sehektar produksi sawit bisa mencapai 1 ton lebih. Tetapi dengan kondisi ini hanya 50 kilogram."Ada warga yang punya lahan 8 hektar dengan hasil normal 10 ton lebih hanya bisa panen 300 kilogram. Dan ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan setiap bulanya, seperti pemupukan, perawatan dan dodos sawit," jelasnya.
Masyarakat menduga hama wawung berasal dari areal HTI yang berdekatan dengan perkebunan masyarakat. Sebab, sejauh penyelidikan warga, hama wawung tidak berkembang biak di pohon kelapa sawit.
"Rencananya masyarakat akan melayangkan surat ke perusahaan HTI PT Ruas Utama Jaya, masyarakat ingin meminta solusi baik sumbangan pemikiran, saran dan bantuan untuk membinasakan hama tersebut," ucapnya. (rep01)
Tulis Komentar