Hukum

Ya Ampun, Polisi Kamboja Tega Pukuli Buruh Hamil

Seorang buruh wanita Kamboja dilaporkan mengalami keguguran saat berunjuk rasa Senin kemarin di depan pabrik tempatnya bekerja. Menurut Presiden Serikat Perdagangan Bebas (FTU), organisasi yang menaungi para buruh, Sun Vanny, wanita itu keguguran akibat digebuki oleh polisi dengan menggunakan tongkat listrik.

Laman Dailymail, Senin 27 Mei 2013, memberitakan aksi kekerasan itu terjadi saat 3.000 buruh, yang didominasi wanita, berunjuk rasa dengan memblokir jalan masuk menuju pabrik milik Industri Garmen Sabrina.

Pabrik yang berlokasi di Provinsi Kampong Speu, sebelah barat ibukota Phnom Penh itu memproduksi berbagai produk olahraga untuk merek terkenal Nike.

Namun aksi unjuk rasa itu berakhir ricuh. Polisi Kamboja yang menghadapi para pengunjuk rasa bersikap represif dan memukuli massa supaya segera membubarkan diri.

Alhasil, selain seorang buruh wanita yang terpaksa kehilangan bayi yang dikandungnya, sebanyak 23 wanita lainnya juga ikut mengalami luka.

"Ada wanita hamil di antara buruh wanita yang mengalami luka. Dia kehilangan banyak darah dan akhirnya terpaksa kehilangan bayi yang masih dikandungnya," ujar Sunny.

Menurut Sunny, para buruh sudah mulai mogok kerja dan berunjuk rasa sejak tanggal 21 Mei kemarin. Mereka memprotes upah yang diberikan oleh pemilik pabrik tidak cukup menutup kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Pabrik yang mempekerjakan lebih dari lima ribu buruh itu, dituntut memberikan upah tambahan per bulan sebesar US$14 atau Rp138 ribu. Honor tambahan itu diakui Sunny digunakan untuk membayar biaya transportasi, sewa rumah dan biaya kesehatan.

Di mata Sunny, upah bulanan yang diterima para buruh sebesar US$74 atau Rp726 ribu, sangat kecil nominalnya dibandingkan dengan biaya kebutuhan hidup yang kian membumbung tinggi di Phnom Penh.

Polisi Kamboja mengaku enggan mengomentari peristiwa unjuk rasa yang berlangsung hari Senin kemarin dan berakhir ricuh itu. Mereka mengaku masih terus mengumpulkan laporan dari lapangan.

Setali tiga uang, perwakilan Nike di Kamboja juga bungkam saat dimintai komentar soal tuntutan para buruh. Industri garmen merupakan salah satu penyumbang pemasukan terbesar bagi perekonomian Kamboja.

Menurut data yang dilansir badan keuangan internasional (IMF), industri garmen menyumbang 75 persen dari total ekspor Kamboja yang bernilai US$5,22 miliar atau Rp52 triliun di tahun 2011. Para pemodal asing banyak melirik Kamboja karena buruh dapat dibayar dengan upah yang sangat murah di negara itu.

Hal itu diperparah dengan kondisi tempat bekerja yang juga memprihatinkan. Maka aksi mogok kerja di kalangan para buruh sudah menjadi pemandangan biasa di Kamboja.

Sebagai bukti, pada bulan Mei ini dua buruh tewas di pabrik produsen sepatu untuk pemasok merek terkenal AS, Asics. Mereka tewas akibat tertimpa bangunan gudang milik pabrik yang tiba-tiba ambruk. (rep05/kgc)