Hukum

Ya Ampun, Di India 93 Perempuan Diperkosa Setiap Hari

New Delhi-India menghadapi keprihatinan terhadap perlakuan kaum perempuan. Kasus pemerkosaan beberapa tahun belakangan terus meningkat. Jika dirata-ratakan, dalam satu hari terdapat 93 perempuan yang menjadi korban pemerkosaan. 
 
Sejak kasus Nirbhaya, pemerkosaan dan pembunuhan sadis terhadap Jyoti Singh pada 2012, reputasi India sebagai negara kaya budaya dan tujuan wisata dunia tercoreng. Sejumlah negara lantas mengimbau warganya supaya tidak berkunjung ke India. Terutama kaum hawa. Mereka yang sudah telanjur berada di sana pun diminta meningkatkan keamanan diri. 
 
Sebab, India bukanlah negeri yang ramah perempuan. Bahkan, para kaum hawa India pun hampir selalu menjadi sasaran empuk para penjahat kelamin. Data National Crime Records Bureau (NCRB) 2014 menyebutkan bahwa 20 menit sekali, seorang perempuan India menjadi korban pemerkosaan. Sejak 2010, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat 7,1 persen.
 
Sally Kohn, pengamat sosial sekaligus kolomnis pada More Magazine, menyatakan bahwa fakta tentang perempuan India akan dengan mudah membuat kaum hawa yang kebetulan terlahir dan tinggal di negara lain bersyukur. Sebab, mereka tidak perlu menghadapi risiko menjadi korban kekerasan atau bahkan pemerkosaan. Padahal, ancaman yang sama mereka hadapi di negara masing-masing.
 
"Data internasional tidak menyebut India sebagai negara dengan angka kekerasan seksual tertinggi dunia,’’ paparnya. Negara berpenduduk sekitar 1,2 miliar jiwa itu hanya menempati peringkat ketiga. Sampai saat ini, Amerika Serikat (AS) masih menjadi jawaranya. Di Negeri Paman Sam, pemerkosaan terjadi tiap 6,2 menit sekali terhadap seorang perempuan. 
 
Tetapi, India bukanlah AS. Sikap dan reaksi masyarakat India terhadap pemerkosaan jauh berbeda dengan AS. "Perempuan jauh lebih bertanggung jawab (patut disalahkan) ketimbang pria saat terjadi pemerkosaan," jelas Mukesh Singh, salah seorang terpidana dalam kasus Nirbhaya. Komentar tidak pantas dan cenderung melecehkan perempuan itulah yang memicu larangan film India’s Daughter. 
 
Sebab, komentar Mukesh tersebut muncul dalam film dokumenter garapan Leslie Udwin yang sedianya premiere di India. Cuplikan pandangan awam masyarakat India terhadap kasus pemerkosaan tersebut membuat pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi kebakaran jenggot. Maka, mereka melarang pemutaran film berdurasi 63 menit itu di seluruh penjuru negeri. 
 
Padahal, di India, hampir semua pria mempunyai pandangan yang sama dengan Mukesh. ’’Tidak ada tempat bagi kaum hawa dalam adat kami,’’ ucap ML Sharma, salah seorang pengacara yang membela Mukesh dan lima pemerkosa Jyoti lainnya. Dia lantas mengibaratkan perempuan sebagai mawar. Jika mawar tersebut dibuang ke selokan, ia akan berkubang lumpur dan kehilangan wanginya.
 
Namun, jika mawar itu menjadi bagian dari sesaji di tempat ibadah, ia akan tetap wangi. Orang-orang pun akan lebih menghargai mawar yang berada di tempat ibadah tersebut ketimbang yang dibuang di selokan. Analogi itu dia paparkan untuk membela pernyataan Mukesh dalam film berbahasa Hindi dan Inggris tersebut. Yakni, bahwa perempuan baik-baik akan berpakaian sopan dan tidak keluar malam.(rep05)