New York-Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) telah mengonfirmasi bahwa satu helikopter PBB yang ditembak jatuh di Sudan Selatan dan menewaskan tiga anggota awak yang berkebangsaan Rusia
"Para ahli PBB yang melakukan tahap pertama penyelidikan mereka kemarin telah mengungkap bukti mengenai kondisi tentang jatuhnya helikopter PBB Mi-8 pada 26 Agustus. Mereka menyatakan helikopter tersebut ditembak-jatuh,” ujar Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam rilisnya, Rabu (10/9).
Helikopter itu, yang sedang melakukan penerbangan rutin mengangkut barang dari Wau di Negara Bagian Bahr El Ghazal di bagian barat ke Bentiu, jatuh pada 26 Agustus lalu.
Selama dua pekan belakangan, misi tersebut telah melakukan penyelidikan awal mengenai peristiwa itu. Selain penyelidikan misi tersebut sendiri, yang dimulai segera setelah peristiwa itu, satu penyelidikan teknis juga telah dimulai dengan melibatkan para ahli dari PBB, Sudan Selatan, dan Rusia.
Misi tersebut juga mengkonfirmasi bahwa selama satu percakapan telepon dengan seorang anggota staf di Bentiu pada 17 Agustus, Peter Gadet --Komandan pasukan oposisi di Negara Bagian Unity-- menduga helikopter UNMISS tersebut dipergunakan untuk mengangkut anggota Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA) dan mengancam akan menembaknya jatuh, kata Dujarric.
Anggota staf itu membantah tuduhan tersebut dan memastikan keselamatan pesawatnya. UNMISS segera mulai berbagi informasi mengenai semua penerbangan ke dalam wilayah Bentiu dengan pasukan oposisi serta SPLA.
Namun, juru bicara PBB tersebut mengatakan karena temuan itu muncul saat penyelidikan awal, terlalu dini untuk secara pasti saling menyalahkan sehubungan dengna jatuhnya helikopter tersebut.
"Penyelidikan teknis yang lebih mendalam sedang dilakukan sejalan dengan standard keselamatan udara internasional," kata Dujarric, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
Pertikaian politik di dalam negeri tersebut antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya, Riek Machar, meletus pada pertengahan Desember 2013 dan sejak itu telah berubah menjadi konflik penuh yang juga membuat hampir 102.000 warga sipil menyelamatkan diri ke berbagai pangkalan UNMISS di seluruh Sudan Selatan.
Secara keseluruhan, krisis itu telah membuat sebanyak 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal dan membuat lebih dari tujuh juta orang lagi menghadapi resiko kelaparan dan penyakit. (rep05)