Jakarta-Perolehan suara Partai Hanura yang hanya berada di kisaran 5 persen, membuat impian partai itu mengusung calon presiden dan calon wakil presiden sendiri seakan sirna. Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier mengatakan, hasil hitung cepat sejumlah lembaga itu membuat Hanura harus realistis dan duet Wiranto-Hary Tanoesoedibjo terancam bubar.
"Win-HT sudah dipastikan berakhir, otomatis selesai. Tinggal nanti apakah kami bisa mengajukan Pak Wiranto sebagai cawapres atau tidak," ujar Fuad, saat dihubungi Kamis (10/4/2014).
Menurut Fuad, dengan suara Hanura yang hanya mencapai 5 persen, sangat tidak logis jika tetap mengusung calon presiden dan calon wakil presiden. Sejak awal, Fuad mengaku tidak setuju dengan strategi tersebut.
"Target awalnya untuk mencapai 10 persen, sehingga kami punya daya tawar. Tapi sekarang sudah di posisi buncit begini. Sejak awal, saya tidak setuju dengan duet Win-HT karena tak masuk di akal," katanya.
Menurut Fuad, Hanura terlalu berbesar kepala saat Hary Tanoe bergabung ke partainya dengan harapan suara Hanura akan terdongkrak cukup tinggi. Namun, nyatanya, duet Win-HT justru membuat partai-partai lain tak melirik Hanura sebagai mitra koalisi.
"Kami belum mendapat tawaran koalisi dari satu partai pun. Mungkin karena ada faktor kami sudah ajukan capres-cawapres, jadi seperti sudah PD sekali seolah-olah tak membutuhkan yang lain. Makanya, ini yang harus diubah," imbuh mantan Menteri Keuangan tersebut.
Di dalam hasil hitung cepat Litbang Kompas, Partai Hanura berada di posisi ke-10 dengan suara 5,1 persen. Hanura hanya berada di atas Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Hanura bahkan kalah oleh partai baru, Partai Nasdem yang mendapatkan suara 6,7 persen. (rep05)