ADVERTORIAL ROHIL
Bagansiapiapi (juga dikenal sebagai Bagan atau Baganapi) adalah ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Kota ini terletak di muara Sungai Rokan, di pesisir paling utara Rokan Hilir, dan merupakan tempat yang sangat strategis. Bagansiapiapi dapat ditempuh dari segala arah, baik darat maupun laut. Bagansiapiapi saat ini adalah ibu kota Kabupaten Rokan Hilir. Selain itu, Bagansiapiapi juga adalah ibu kota Kecamatan Bangko.
Terdapat beberapa istilah/nama untuk kota yang satu ini : Awalnya para leluhur menyebut nama kota ini adalah : Bagan-Api, kemudian direvisi menjadi Bagan-Siapi-api dan terakhir menjadi Bagansiapiapi. Dalam keseharian kami menyebutnya kota Bagan.
Bagansiapiapi : sebuah kota eksotis yang pernah terkenal di dunia karena hasil laut yang berlimpah hingga menjadi peringkat ke-2 terbesar penghasil ikan dunia setelah Norwegia. Tidak heran bila bank sebesar Bank Rakyat Indonesia mendirikan cabang ke-2 Indonesia di kota Bagansiapiapi karena arus perdagangan yang saat itu sangat aktif. Secara kebetulan, karena kedatangan oleh para pendatang Tionghoa yang memulai kehidupan bisnis kelautan di Bagansiapiapi dan kemudian berkembang hingga mendirikan pabrik karet alam, tidaklah heran bila di kota yang kecil ini berkembang sebuah komunitas Tionghoa yang budayanya begitu kuat. Kekuatan budaya inilah yang saat ini menjadikan kota Bagansiapiapi semakin unik di Indonesia, sehingga beberapa pihak mulai menggarap sektor pariwisata Bagansiapiapi dari sisi budaya Tionghoa dan keindahan alam.
Sejak tahun 1990, transportasi darat mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah setempat terlebih sejak Bagansiapiapi menjadi ibu kota kabupaten Rokan Hilir yang baru terbentuk, transportasi darat semakin baik dan aman. Kalau dulu Bagansiapiapi hanya bisa ditempuh dengan jalan laut kini orang lebih memilih jalan darat selain lebih nyaman juga lebih cepat.
Di Bagansiapiapi dikenal suatu ritual dari masyarakat Tionghoa yang sangat terkenal, yaitu ritual Bakar Tongkang atau GoCapLak, di mana ritual tersebut diadakan setiap penanggalan Imlek bulan kelima (Go) tanggal ke-16 (CapLak) setiap tahunnya. Ritual tersebut mampu menyedot puluhan ribu wisatawan baik domestik maupun manca negara. Pemda Kabupatan Rokan Hilir saat ini gencar mempromosikan potensi wisata tersebut. Penduduknya berjumlah 31.930 jiwa (2003).
Jembatan Bagansiapiapi Tempo Dulu
Kejayaan Bagansiapiapi setidaknya telah dimulai sejak tahun 1886, ketika gelombang orang Tiongkok (sekarang Republik Rakyat Cina) mendatangi daerah ini karena jumlah ikan yang luar biasa banyak. Masa kejayaan Bagansiapiapi dicapai pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1930. Saat itu, pelabuhan Bagansiapiapi yang menghadap langsung ke Selat Malaka menghasilkan ikan sebanyak 300.000 ton per tahun. Namun kejayaan ini tidak bertahan hingga masa kini, setelah mulai meredupnya hasil perikanan sejak tahun 1970-an.
Bagansiapiapi memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Menurut sebuah artikel di Detik, kota ini dikembangkan oleh mereka. Dari tahun 1894 hingga 1948, kota ini seluruhnya berpenduduk warga Tionghoa. Ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, warga kota ini sempat tidak mengakuinya dan malah mengibarkan bendera Thailand, Tiongkok atau Belanda. Kemerdekaan Indonesia baru diakui setelah ada pertempuran dengan tentara dari Sumatra Utara. Selain komunitas tionghoa orang melayu juga banyak mendiami wilayah ini. dan sekarang bagansiapiapi sudah banyak di diami oleh suku batak, jawa,bugis, dan lain-lain.
Selain itu, Kota Bagansiapiapi dulunya terkenal untuk tempat pembakaran Bakar tongkang yang terbesar. Ritual bakar tongkang sendiri merupakan budaya yang dilakukan rutin tiap tahunnya oleh masyarakat etnis Tionghoa di Bagansiapi-api, Rohil. Ritual ini satu-satunya di dunia dan hanya ada disini dan menjadi ivent nasional serta menjadi wisata yang khas dari Kabupaten Rohil, Riau.
Asal mula ritual bakar tongkang, berawal dari berangkatnya beberapa keluarga dari daratan China untuk mencari tempat kehidupan yang baru. Pada saat itu beberapa keluarga ini merantau dengan mengunakan kapal kayu dan sampailah mereka disuatu tempat (Bagan) lalu mereka melihat adanya cahaya dan kemudian tanpa berfikir panjang, mereka langsung bergegas menuju asal cahaya tersebut yang ternyata adalah kumpulan kunang-kunang (binatang bercahaya saat malam hari) di atas tempat penampungan ikan (Bagan).
Setelah beberapa lama berada di tempat tersebut, para perantau asal China ini merasa bahwa tempat itu adalah tempat yang sangat nyaman bagi mereka tinggali. Sehingga para perantau membakar kapal mereka sebagai tradisi atau simbol tidak akan kembali serta sebagai bentuk sesajen atau ritual bagi dewa mereka yang telah memberikan tempat kehidupan baru.
Sampai saat ini, ritual tersebut tetap mereka laksanakan sebagai mengenang nenek moyang mereka yang telah membawa mereka ke daerah ini (Bagansiapiapi). Setiap tahunya, ribuan masyarakat etnis Tionghoa berbondong-bondong mengikuti acara bakar tongkang. Tak heran, kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat Tionghoa, karena bagi mereka bisa memberikan suatu petunjuk bagi mereka soal mencari rezeki ke depanya selama satu tahun.
Bakar Tongkang Bagansiapiapi
Tak heran, jika Ritual Bakar Tongkang ini setiap tahunnya dihadir para pejabat dan wisatan yang tidak hanya etnis Tionghao karena acara ini sudah menjadi ivent wisata di Riau. Bahkan menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata sampai ke luar negeri. Tiap tahunnya, acara bakar tongkang ini selalu dihadiri oleh para pejabat, baik tingkat provinsi maupun pusat. Tak hanya itu, event wisata ini juga mampu menyedot jumlah wisatawan yang datang ke Rohil seperti dari Jakarta, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan hingga Tiongkok. Melihat potensinya, Pemkab Rohil kemudian menjadikan kegiatan tahunan ini sebagai event sumber pariwisata serta promosi daerah.(adv/hms/kar)