BAGANSIAPIAPI - Fenomena kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan (Karlahut) yang menyelimuti wilayah Kabupaten Rokan Hilir, Riau dalam dua bulan terakhir teryata kiriman dari Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan. sehingga berdampak pada kabut asap di kota Bagansiapiapi.
"Saya tegaskan bahwa kabut asap yang mengepung di wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan kiriman dari tiga propinsi," kata Bupati Rohil H. Suyatno. Minggu (26/10).
Ia mengakui bencana kabut asap kali ini terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun asap yang melanda di sejumlah kabupaten/kota di Propinsi Riau bukanlah akibat karlahut yang terjadi di Riau, akan tetapi kiriman dari propinsi lain.
"Bisa kita lihat kabut asap di Rohil kadang-kadang hilang dan timbul dan ini dikarenakan arah perputaran angin yang saat ini tidak menentu," ujar Suyatno.
Ia juga kembali mengingatkan kepada instansi terkait seperti Dinas Kesehatan (Diskes), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) termasuk Puskesmas dan Pustu untuk membuat terobosan guna mencegah dampak penyakit yang ditimbulkan akibat kabut asap tersebut.
"Memang kita sudah menginstruksikan Diskes Rohil untuk memberikan bantuan masker ke semua Puskesmas yang kemudian dibagikan kepada masyarakat, namun kalau soal kabut asap kiriman kita belum bisa mengatasinya, karena itu tergantung dari arah hembusan angin yang saat ini tidak menentu," sebut Suyatno.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Rokan Hilir H. Amiruddin menginstruksikan kepada pihak sekolah untuk mengambil kebijakan meliburkan siswa jika kabut asa berada dalam level berbahaya.
"Kita sudah mendapatkan petunjuk dari Dinas Pendidikan Propinsi Riau berkaitan dengan kebijakan libur sekolah akibat kabut asap, bahkan pihaknya juga telah menyampaikan ke seluruh UPTD yang ada disetiap kecamatan dan selanjutnya mereka akan menyampaikan ke masing-masing sekolah dengan catatan boleh meliburkan siswa jika kondisi asap semakin parah," ungkap Amiruddin.
Untuk meliburkan siswa, terangnya guru harus membuat tugas mandiri yang nantinya akan diberikan ke seluruh siswa, kemudian memantau dan meminta kepada wali murid untuk memperhatikan anak-anak mereka mengerjakan tugas tersebut.
"Seperti yang kita ketahui bahwa tugas mandiri sudah dijalankan oleh pihak sekolah dan guru, tujuannya agar siswa tetap berada dirumah dan mengurangi aktivitas diluar," ujarnya.
Ia juga mengingatkan, meski sekolah diliburkan para guru tetap bertugas untuk melaksanakan program-program pendidikan disekolah.
"UPTD juga diminta untuk melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah guna mengetahui apakah kondisi kabut asap itu berbahaya atau tidak, karena hal ini erat kaitannya dengan meliburkan dan kembali aktifnya para siswa belajar, namun jika kondisi sudah mulai membaik, maka UPTD harus mengambil kebijakan dan meminta kepada pihak sekolah untuk kembali melaksanakan aktifitas belajar mengajar seperti biasanya," pesan Amiruddin.
Menyikapi kerapnya siswa diliburkan ia meminta jam pelajaran ditambah untuk mengejar ketertinggalan pelajaran siswa.
"Nah dengan begitu siswa bisa mengejar ketertingalan pelajaran mereka sehingga pada saat mereka mengikuti ujian nanti bisa mendapatkan nilai yang baik," sebut dia.(adv/di)