Jakarta - Ada puluhan pengusaha perikanan berskala besar yang mengoperasikan armada buatan luar negeri di perairan Indonesia. Tapi, bagi Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, ada satu nama yang dianggapnya paling belagu: Tex Suryawijaya. "Ia belagu karena merasa orang kuat," kata Susi kepada Tempo beberapa waktu lalu.
Tak mudah menelusuri rekam jejak Tex Suryawijaya di Internet. Tapi, dokumen Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat nama pengusaha asal Semarang ini bertebaran di puluhan armada buatan luar negeri yang dioperasikan Pusaka Benjina Resources. Berpangkalan di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku, grup ini mengoperasikan 96 kapal eks-Thailand dengan nama lambung KM Antasena.
Yang bikin geram Kementerian, sebanyak 33 armada Antasena lenyap semenjak berlakunya moratorium perizinan kapal perikanan eks-asing pada November lalu. Kapal-kapal tersebut tak kembali ke pangkalan bersama sekitar 145 kapal eks-asing lain yang biasa beroperasi di Laut Arafura.
Susi menilai kaburnya bahtera tersebut menguatkan dugaannya selama ini bahwa kapal-kapal tersebut sebenarnya tak pernah dimiliki oleh perusahaan dalam negeri. Meski telah berbendera Merah Putih, beralih kebangsaan menjadi kapal Indonesia, kapal-kapal tersebut masih milik juragan lamanya di luar negeri. "Kapal-kapal seperti ini yang selama ini mencuri laut kita," kata Susi.
Menurut Susi, Tex telah menemuinya tak lama setelah penerbitan moratorium. "Dia tidak mau mengaku bahwa Pusaka Benjina itu perusahaannya."
Ditemui Tempo pada Rabu dua pekan lalu, Tex mengaku telah menjual semua sahamnya kepada investor baru pada 2011. Dia membantah selama ini bisnisnya hanya menjadi kedok meminjamkan izin perikanan agar kapal asing bisa menangkap ikan di laut Indonesia.
Tapi, investigasi Tempo mendapati hal berbeda. Nama Tex terkenal di kalangan nelayan Thailand. Sedikitnya tiga nelayan menyebut "Pak Tex" sebagai pengusaha yang selama ini men-charter kapal mereka.
Ileun Chuk, 61 tahun, misalnya. Akhir bulan lalu Tempo bertemu Chuk di samping kapal KM Antasena 321 Samut Prakan. Kapal itu sedang docking di pelabuhan Mahachai, Samut Sakhon, sekitar 30 kilometer arah selatan Bangkok, Thailand. Meski beroperasi dengan izin Pusaka Benjina, "Pemilik kapal ini bos orang Thailand," kata Chuk dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Tempo memeriksa akta perusahaan PT Buana Citra Artapersada, pemegang saham mayoritas Pusaka Benjina, yang menurut Tex membeli sahamnya empat tahun lalu. Di dokumen tercatat nama Ahmad Jauzi dan Legiman Soetrisman sebagai pemegang saham sekaligus direktur dan komisaris Buana Citra Artapersada. Selama ini keduanya sudah dikenal sebagai kepanjangan tangan Tex di Pusaka Benjina.
Ahmad Jauzi, yang ikut mendampingi Tex dalam wawancara bersama Tempo, mengatakan sebanyak 33 kapal Antasena kini lenyap, bukan kabur. Dia berdalih para nahkoda kapal tersebut ketakutan sejak ada aturan baru. "Mereka trauma kalau ada penangkapan-penangkapan," ujarnya. (rep01/tco)