Asian Games 2014: Target Indonesia Masuk 10 Besar Gagal
Jakarta-Indonesia masih belum mampu menembus barisan 10 besar dalam perolehan medali di ajang Asian Games 2014. Target 9 medali yang diharapkan bisa mendongkrak peringkat Indonesia di pesta olahraga terbesar di Asia tidak tercapai.
Indonesia hanya mampu meraih 4 medali emas, 5 emas dan 11 perunggu. Cabang olahraga bulutangkis yang masih menjadi penyumbang emas terbanyak di Asian Games 2014, Incheon Korea Selatan, melalu sumbangan pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.
Emas lainnya disumbang atlet lompat jauh, Maria Natalia Londa dengan jarak lompatan 6.55 meter. Satu emas lainnya diraih cari cabang Wushu melalui Juwita Nisa Wasni.
Emas keempat ini merupakan sebuah keberuntungan, pasalnya dalam pertandingan resmi Juwita di nomor nandao (golok) dan nanquan (tangan kosong), hanya mampu meraih perak setelah kalah tipis dariatlet asal Malaysia, Tai Cheau Xuen. Namun dalam perkembangannya Tai Cheau Xuen gagal melewati tes doping. Sehingga Tai didiskualifikasi dan emas jatuh ke tangan Juwita.
Kegagalan kontingen Indonesia di Incheon sebelumnya sudah diprediksi oleh Mentri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo. Roy yang menargetkan kontingen Indonesia meraih minimal 9 emas untuk bisa masuk dalam jajaran 10 besar, pesimis dan menurunkan targetnya menjadi 6 medali emas setelah melihat buruknya koordinasi antara KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan KOI (Komite Olimpaide Indonesia) di hajatan tersebut. Dan pada akhirnya meski target telah diturunkan pun atlet Indonesia tetap gagal mencapainya.
Aksi saling menyalahkan pun terjadi. Setelah Roy Suryo mengkritik ketidak harmonisan antara KONI dan KOI, kini giliran Ketua Umum KONI, Tono Suratman yang menuding pemerintah dalam hal ini Kementria Pemuda dan Olahraga yang harus bertanggung jawab atas kegagalan kontingen Indonesia mencapai target di Asian Games 2014 Inchone, Korsel.
Menurut Tono, pemerintah tidak memberikan dana yang cukup untuk melakukan persiapan mengikuti even terbesar dan paling bergengsi di kawasan Asia tersebut.
“Coba bayangkan, untuk peralatan saja hingga hari H belum turun, lalu bagaimana atlet bisa tampil maksimal di Asian Games ,” ujar Tono Suratman usai mengikuti pelantikan, Raja Pane sebagai pengelola GBK, di kantor KONI Pusat, Senayan, Jakarta.
Tono juga mengakui banyak program prima yang tidak bisa berjalan akibat keterbatasan dana. Seperti, minimnya cabang olahraga mengikuti try out keluar negeri. Padahal, program ini sangat penting untuk mengukur kemampuan dan menambah pengalaman atlet sebelum berlaga di Asian Games, Inchoen.
“Ibarat kita mau membuat kopi, tapi kopi dan gulanya tidak ada, apakah kita bisa membuat kopi yang enak. Karena itu, kami berharap agar pemerintah ke depan agar lebih serius lagi memperhatikan olahraga di Tanah Air,” ujar Tono. (rep05)
Tulis Komentar