Hukum

Amerika Selidiki Dugaan Aksi Teror di Malaysia Airlines

Seorang pejabat berwenang Amerika Serikat mengatakan kepada NBC News pada Sabtu kemarin, mereka tengah menyelidiki kemungkinan adanya aksi teror yang menyebabkan hilangnya pesawat Malaysia Airlines. Kemungkinan itu muncul, setelah ditemukan fakta adanya dua penumpang ilegal yang menggunakan paspor palsu. 
 
Dikutip dari laman NBC News, Minggu 9 Maret 2014 melansir hingga saat ini belum ditemukan kaitan jelas terhadap dugaan tindakan teror. Masih ada alasan tindak kejahatan lainnya yang memungkinkan, seperti penyelundupan narkoba, sehingga pelaku pencuri paspor tersebut ada di dalam pesawat. 
 
Menurut petugas, mereka telah memeriksa daftar manifes penumpang dan menginformasikan kepada badan intelijen. 
 
"Kami mengetahui soal laporan dua paspor yang dicuri. Namun, kami belum memutuskan adanya kaitan dengan tindak teror. Walaupun hal tersebut masih terlalu dini untuk dikatakan," kata pejabat berwenang tadi. 
 
Dua paspor yang dicuri diketahui milik warga negara Austria,  Christian Kozel dan warga Italia, Luigi Maraldi. Masing-masing Kementerian Luar Negeri, telah mengklarifikasi bahwa kedua warganya tidak ikut menumpang pesawat dengan nomor penerbangan MH370 itu. 
 
"Kedutaan kami memperoleh informasi bahwa ada seorang warga Austria di pesawat. Itu yang tertulis di dalam daftar manifes penumpang dari Malaysia Airlines. Ternyata, sistem kami melaporkan dengan sebuah catatan bahwa paspor tersebut telah dicuri," ungkap juru bicara Kemenlu Austria di Wina. 
 
Seorang polisi Austria menemukan Kozel selamat di kediamannya. Menurut juru bicara tadi, paspor Kozel hilang, ketika dia sedang bepergian ke Thailand. 
 
Sementara Ayah Maraldi, Walter kepada NBC News mengatakan putranya, Luigi, pernah bepergian ke Thailand di tahun 2013 dan kehilangan paspor di sana. Namun, dia mengaku lega, karena begitu mengetahui berita tersebut, Luigi langsung menghubungi kedua orang tuanya. 
 
"Kami tidak mengetahui peristiwa ini. Kami bersyukur, dia telah mengetahuinya lebih awal ketimbang kami," ujar Walter dari kediaman di Cesena, Italia. 
 
Dalam pandangan seorang analis, kendati hal yang tidak biasa, namun kejadian seseorang menumpang pesawat dengan paspor curian pernah terjadi. Tetapi, jarang terdengar apabila ada dua orang yang mencuri paspor kemudian menumpang pesawat yang sama. 
 
Harian Singapura, Straits Times melaporkan penumpang ilegal itu membeli tiket penerbangan melalui maskapai China Southern Airlines, yang berbagi rute Kuala Lumpur-Beijing dengan Malaysia Airlines. Maskapai asal China itu mengumumkan pada Sabtu kemarin melalui media sosial, Sina Weibo, bahwa tujuh penumpang Malaysia Airlines merupakan pelanggan mereka.
 
Termasuk seorang warga Italia, Austria, -- yang tercatat tidak ikut menumpang pesawat, seorang penumpang asal China, satu warga Belanda, satu warga Malaysia dan dua warga Ukraina. Namun, hingga kini belum diketahui bagaimana cara keduanya dapat menembus ketatnya pengamanan di bagian imigrasi. 
 
Sementara ketika ditanya mengenai adanya kemungkinan aksi teror yang menyebabkan hilangnya pesawat, Perdana Menteri Nadjib Tun Razak, mengatakan melihat berbagai macam kemungkinan. 
 
"Operasi pencarian dan penyelamatan akan terus dilanjutkan selama diperlukan," kata Nadjib. 
 
Untuk melakukan operasi tersebut, pihaknya mengerahkan 15 pesawat militer, enam kapal Angkatan Laut dan tiga kapal penjaga perbatasan pantai. 
 
Namun, kapal SAR dari Badan Penegak Maritim Malaysia yang telah tiba di area di mana pesawat terakhir kali melakukan kontak, tidak menemukan tanda adanya bangkai kapal. Sebelumnya, pilot Vietnam yang tergabung dalam tim SAR, mengatakan melihat dua titik besar tumpahan minyak sepanjang 15 kilometer dan kepulan asap di tepi pantai. Namun, hingga kini belum diketahui dengan jelas apakah tanda-tanda itu terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines jenis Boeing 777-200ER. (rep05)