Nasional

Keberanian SBY Naikkan BBM di May Day Dipertanyakan

Massa buruh rencananya akan kembali turun ke jalan untuk memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) yang jatuh tiap 1 Mei. Di Jakarta, 50 buruh siap untuk menyalurkan aspirasinya melalui parlemen jalanan.

Salah satu lokasi yang akan 'diserbu' para buruh adalah Istana Presiden Jakarta. Namun, jelang May Day isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi semakin menguat.

Pemerintah yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berencana menaikkan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat. Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik bahkan mengatakan, Presiden akan mengumumkan keputusan mengenai kebijakan kenaikan BBM bersubsidi hari ini.

Pengumuman itu akan disampaikan di hadapan sejumlah kepala daerah dalam acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrembangnas).

"Besok presiden akan umumkan di Musrembangnas. Akan diumumkan opsi yang diambil," katanya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/4).

Jero mengklaim keputusan kenaikan harga BBM bersubsidi diambil atas dasar keinginan rakyat. Menurutnya, kenaikan BBM bersubsidi tidak akan signifikan agar tidak terlalu memukul masyarakat kecil.

"Selama ini kan ada opsi dua harga. Kemudian banyak komentar dua harga kok repot, rakyatnya repot, kaminya lebih repot sehingga pemikiran itu kami adopsi. Iya, jadi (kenaikan BBM bersubsidi) kemungkinan satu harga sesuai keinginan masyarakat dan (harga) di bawah Rp 6500 per liter," ujarnya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Sebagai kompensasi kepada masyarakat kecil atas kenaikan BBM, pemerintah berjanji akan memberikan bantuan mulai dari peningkatan program jaminan sosial sampai Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, Jero menyatakan bantuan tersebut tidak akan dijadikan alat politik SBY jelang Pemilu 2014.

"Kalau perlu untuk yakinkan tidak ada alat politik, semua parpol pasang benderanya waktu serahkan (BLT). Ini bareng-bareng bukan untuk satu partai," tegasnya.

Buruh sendiri memiliki sikap yang jelas mengenai rencana kenaikan harga BBM. Saat bertemu dengan Presiden SBY di Istana Negara kemarin, sejumlah pimpinan serikat buruh menyatakan penolakannya terhadap rencana kenaikan BBM.

Mereka menilai kenaikan BBM akan membuat daya beli masyarakat menurun hingga 30 persen. "Serikat buruh mayoritas, menolak kenaikan harga BBM karena menurunkan harga beli 30 persen," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal di Kantor Presiden, Jakarta.

Penolakan itu tetap mereka kumandangkan meski SBY meminta agar buruh memahami posisi pemerintah. Sebab, nilai subsidi yang dikucurkan untuk membiayai produksi BBM dinilai memberatkan pemerintah.

"Beliau sampaikan, tolong pahami pemerintah, pikirkan subsidi Rp 300 triliun sangat rugikan pemerintah," ungkapnya.

SBY sendiri tidak akan berada di Istana Negara Jakarta saat demo May Day berlangsung pada 1 Mei nanti. SBY mengaku ikut merayakan hari buruh dengan menemui sejumlah aktivis buruh di Surabaya, Jawa Timur.

"Insya Allah berkunjung ke Surabaya 1 Mei bertemu teman-teman di sana, dan juga untuk membuat pekerja Indonesia lebih sejahtera," ungkap SBY kepada pimpinan 6 konfederasi buruh di Istana Negara, Jakarta. (rep02)