Kebakaran Lahan di Bukit Kembar Meluas
BUKITBATU - Kebakaran yang terjadi di perbatasan Kabupaten Bengkalis-Kota Dumai, Riau, tepatnya di Bukit Kembar di kawasan Bukit Sembilan Desa Tanjung Leban terus meluas. Diperkirakan 300-an hektar lahan gambut kosong yang disinyalir merupakan lahan sengketa sudah hangus.
Kebakaran lahan ini terjadi sejak 28 Maret silam. "Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi diduga pada saat melakukan land clearing (pembersihan lahan)," ujar Pelaksanatugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-Damkar) Bengkalis, Jaafar Arif, Senin (8/4).
Selain itu, sambung Jaafar, kebakaran yang terjadi berdekatan dengan Pelintung, Dumai itu turut serta di dalamnya lahan milik pengusaha perkebunan yang bedomisili di Kota Pekanbaru dan Bengkalis. Dikatakan, sekitar 300-an hektar lahan milik swasta serta lahan yang diklaim masyarakat, di atas lokasi Hak Guna Usaha (HGU) juga turut terbakar. Karhutla ini juga sudah mulai mendekati lokasi hutan tanaman industry (HTI) milik PT Indah Kiat Forestry di Tanjung Leban.
Pihak BPBD-Damkar, menurut Jaafar sudah menurunkan dua regu tim pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran. Sementara dari manajemen PT Indah Kiat melalui PT Arara Abadi menurunkan sembilan tim regdam dengan anggota mencapai 90 orang ke Bukit Sembilan tersebut.
"Upaya pemadaman api terus kita laksanakan. Namun lokasi karhutla yang sangat jauh serta medan yang berat menjadi kendala tim menuju lokasi. Tapi alhamdulillah secara perlahan-lahan api sudah mulai bisa dipadamkan dan menyisakan kabut asap," ujar Jaafar.
Mantan Camat Bengkalis ini mengatakan, penyebab kebakaran diduga berasal dari pembukaan lahan. Namun tidak diketahui secara pasti siapa yang melakukan pembakaran lahan, karena keterangan yang didapat lahan yang terbakar adalah lokasi HGU perusahaan swasta. Di sisi lain masyarakat di sana juga mengklaim lokasi itu milik mereka.
Jaafar mengatakan, api awalnya berasal dari belukar atau lahan kosong yang hendak ditanami. Pembukaan lahan dilakukan dengan menebas kemudian membakar sampah-sampah, sisa pembersihan lahan itu. Pada Sabtu (6/4) terjadi angin kencang, sehingga api merayap ke lokasi lain dan meludeskan lahan yang sudah ditanami kelapa sawit serta pohon akasia milik PT Arara Abadi.
"Yang menjadi masalah sekarang adalah upaya pemadaman yang memakan waktu lama serta keterbatasan alat dan lokasi yang sangat berat dan jauh. Kepada masyarakat ataupun pihak perusahaan kita berharap tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar, karena bisa dikenai pasal pidana," harap Jaafar.
Sementara itu, dari pantauan satelite NOAA 18 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kota Pekanbaru, pada 8 April 2013 di Sumatera terpantau delapan titik panas atau hotspot, yaitu di Riau dua, Aceh satu, Sumatera Barat dua, Sumatera Selatan tiga titik panas. Dua titik api di Riau, menurut BMKG, sangat dominan dipicu oleh temperatur cuaca yang mencapai 34 derjat celcius.
Staf Ahli BMKG, Yudhistira Mawaddah mengatakan, dari hasil monitoring citra satelite awan, analisa streamline dan kondisi fisis serta dinamis atmosfer, pada umumnya cuaca di wilayah Provinsi Riau cerah hingga berawan.
"Hujan dengan intensitas ringan berpotensi hingga sedang terjadi di wilayah Riau bagian Barat, Utara dan Pesisir Timur, yang umumnya terjadi pada sore atau malam hari," katanya.
Yudhis menambahkan, angin umumnya bertiup dari arah Barat Daya sampai dengan Utara dengan kecepatan berkisar antara delapan hingga 35 kilometer per jam. "Kami imbau kepada masyarakat agar lebih mewaspadai angin yang berpotensi kencang," ujarnya.(rep01)
Tulis Komentar