Undang Metallica, Dulu Setiawan Djodi Didamprat Pak Harto
Jakarta-Dua puluh tahun silam, pada 10-11 April 1993, Metallica manggung di Jakarta. Kerusuhan pun terjadi. Puluhan mobil dibakar, kawasan sekitar Lebak Bulus mencekam. Polisi membuat barikade hingga ke Pondok Indah. Setiawan Djodi tidak dapat dilepaskan dari kejadian itu. Dialah yang membawa Metallica ke Indonesia saat itu.
Di rumahnya yang luas dan penuh pepohonan, Djodi menceritakan kembali pengalamannya 20 tahun yang lalu itu. Pekan lalu, pengusaha berwajah ganteng ini menerima Tempo di rumahnya yang asri. Djodi bercerita banyak dan mengenang kembali kedatangan Metallica ke rumahnya.
Djodi menceritakan bagaimana mendatangkan Metallica pada tahun 1993. "Awalnya, saya memiliki perusahaan bernama Airo yang dijalankan oleh Sofyan Ali. Pada awalnya, perusahaan ini mendatangkan sejumlah penyanyi internasional, seperti Stevie Wonder dan Tina Turner, pada 1980-an. Kemudian perusahaan ini berkembang, saya ikut me-manage dan melahirkan album Mata Dewa bersama Iwan Fals, kemudian Swami, dan juga ikut me-manage konser-konser Kantata Takwa," dia bercerita, seperti dilansir tempo.co.
Sebelum Metallica, Airo juga sempat mendatangkan Sepultura. Pada saat itu Djodi melihat animo masyarakat pada musik yang bernada protes semakin besar. Lalu dia mendengar di luar negeri ada Metallica yang lirik-liriknya dahsyat. Ada nada protes pada lagu-lagu mereka. Ada Enter Sandman, And Justice for All, dan sebagainya. Lalu keluarlah Black Album yang luar biasa itu. "Dari situlah saya kemudian meminta teman-teman menjajaki untuk mendatangkan mereka ke sini," Djodi menjelaskan.
Kemudian Djodi mendengar Metallica datang untuk tur Black Album. "Di sinilah saya mencoba menghubungi mereka lewat perkenalannya baik informal atau tidak di New York. Saya punya banyak kenalan di sana karena pada 1968 sampai 1974 pernah tinggal di sana dan bergaul dengan banyak kalangan, termasuk Mick Jagger, yang pernah datang juga ke rumah ini," kata dia.
Banyak yang mengatakan kerusuhan konser Metallica 1993 karena diadakan di Lebak Bulus yang terlalu kecil dan tidak layak. "Awalnya saya ingin konser itu digelar di Gelora Bung Karno. Tetapi tidak boleh karena akan diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional. Selain itu, tempat penyelenggaraan dipindah ke Lebak Bulus. Saya berpikir enggak apa-apalah. Saya underestimate dan berpikir paling yang datang paling 20 ribu."
Tapi, di luar dugaan, yang datang lebih dari itu. Banyak yang tidak bisa masuk. Bahkan yang punya tiket pun tidak bisa masuk. Itulah yang menyebabkan banyak orang marah. Tapi waktu itu tidak ada tuntutan kepada dirinya. Sebab, di dalam tempat konser (Stadion Lebak Bulus), tidak terjadi apa-apa. Kerusuhan terjadi di luar.
Tentang biaya mendatangkan Metallica saat itu, menurut Djodi, tak besar, mungkin hanya US$ 700 ribu. Tapi, dengan berbagai macam biaya penggantian kerugian, dirinya menghabiskan sekitar US$ 2 juta. "Warung-warung di sekitar Lebak Bulus yang rusak, ya, saya ganti, dan kapok juga saya mendatangkan artis luar negeri. Setelah itu, Airo tidak lagi mendatangkan artis internasional," katanya.
Setelah kerusuhan, konser hari kedua tetap berjalan dan diteruskan. "Waktu itu saya dimarahi oleh Pak Harto lewat Pak Benny Moerdani, yang waktu itu lagi galak-galaknya. Dia Pangab. Dia menelepon dan bilang, “Pak Harto marah, tuh. Saya bikin siaga satu.” Saya bilang, “Ya, Pak, saya minta maaf. Saya akan mengganti kalau ada kerusakan atau kerugian lainnya.”
"Setelah kerusuhan hari pertama, polisi mengatakan kepada panitia, jangan teruskan lagi konsernya. Polisi bilang stop. Tapi Hendropriyono, yang waktu itu menjadi Pangdam Jaya, mengatakan: 'Jangan! Jangan stop. Jangan kalah oleh kerusuhan.' Karena Hendro bilang begitu, saya pun jalan terus. Dan terbukti, tidak ada kerusuhan pada hari kedua," kata Djodi.
Djodi menuturkan, sayangnya, saat ini kedatangan Metallica cuma transit. "Waktu dulu, kita bergaul. Dan Metallica sempat datang ke rumah saya, lalu saya suguhkan pertunjukan tari barong di halaman rumah ini. Saya katakan kepada mereka, inilah musik metal tradisional ha-ha-ha. Ada rhythm metal di musik barong itu. Mereka juga sempat main di studio saya di rumah ini," ujarnya. (rep05)
Tulis Komentar