Kabut Asap

Singapura Kirim Nota Protes

ilustrasi

JAKARTA - Singapura secara resmi telah menyampaikan nota protes kepada pemerintah Indonesia. Negara pulau itu keberatan dengan memburuknya kualitas udara mereka karena kabut asap dari Indonesia.

Surat protes itu dilayangkan oleh Direktur Utama Badan Lingkungan Nasional Singapura atau NEA, Ronneie Tay, kepada Wakil Menteri Lingkungan Hidup Bidang Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Indonesia, Arief Yuwono, Selasa (23/7).

Dalam suratnya, Tay menyebutkan pantauan Citra Satelit menunjukkan kenaikan jumlah titik api di Pulau Sumatera. Pada hari Minggu (21/7) saja titik api yang terpantau mencapai 261, sedang pada hari Senin (22/7) sebanyak 252 titik api.  "NEA mendesak Indonesia untuk mengatasi kebakaran di Sumatera dan segera mengambil tindakan," tulis Tay.

Akibat banyaknya titik api itu, lanjut Tay, langit Singapura yang baru dua pekan membiru kembali diselimuti kabut asap pada Minggu (21/7). "Wilayah kami kembali diselimuti kabut asap karena titik-titik api di Sumatera masih banyak," tegas Tay.

Selain menyampai protes, Tay juga menawarkan bantuan kepada pemerintah Indonesia dalam menangani bencana kabut asap. Katanya, Singapura bisa ikut mendeteksi titik api secara dini serta mengerahkan pesawat-pesawatnya untuk membantu pelaksanaan hujan buatan.

Atas nota protes itu, lanjut Tay, pemerintah Indonesia telah menjawab dengan menyebutkan bahwa Indonesia telah melakukan sejumlah tindakan. "Jakarta telah meyakinkan Singapura bahwa sejumlah langkah untuk memantau situasi dan mengambil tindakan demi menekan kebakaran telah dilakukan," katanya.

Seperti diketahui, kabut asap dari kebakaran hutan di Pulau Sumatera yang kebanyakan di Provinsi Riau telah mempengaruhi kualitas udara di Malaysia, dan Singapura. Biasanya kabut menyergap selama bulan-bulan kering, Juni sampai September. Kebakaran disebabkan karena pembakaran hutan ilegal untuk membersihkan lahan dengan cara yang murah untuk perkebunan.

Indeks Polutan Standar Singapura memuncak sempat berada di angka 401 pada tanggal 21 Juni, sementara ambang batas berbahaya adalah 100. Bahkan, pemerintah Singapura telah mengimbau warganya untuk waspada jika sewaktu-waktu indeks memburuk lagi.

Pada Selasa (23/7) kemarin, kualitas udara di Singapura ditaksir mencapai 130-138. Itu menunjukkan bahwa kualitas udara di sana sudah tidak sehat lagi. Kondisi serupa juga terjadi di di Selangor, Malaka, dan Johor.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan dan Sumber Air Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan pejabat di jajarannya sudah menghubungi pejabat berwenang Indonesia dan pusat koordinasi ASEAN untuk mendaftarkan peringatan kabut asap.

Katanya, Singapura akan bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mengidentifikasi perusahaan dengan daerah konsesi yang terpengaruhi api. "Kami perlu mengetahui perusahaan-perusahaan ini dan pejabat Indonesia harus melakukan tugas mereka memadamkan api. Kita semua perlu waspada," ujar Balakrishnan.

Meningkatnya titip api akibat pembakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau membuat warga bersiaga untuk  mengantisipasi berulangnya lagi bencana kabut asap. "Kabut asap mulai terasa menyesakkan sejak tadi malam. Pagi hari aroma asap pun membuat nafas menjadi sesak," kata Arvin, warga Jl Hangtuah Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, Selasa (23/7).

Menurutnya, banyak warga di Duri, Riau yang enggan beraktivitas. Kota kecil yang merupakan daerah penghasil minyak mentah terbesar sekitar 220 ribu barel per hari di Indonesia itu kini warganya memilih untuk berdiam diri di rumah. Warga bersiaga jika kabut asap kembali menebal di Riau. "Selain asap, cuaca panas di bulan puasa begini juga buat gerah. Mungkin hanya para kontraktor Chevron yang masih bekerja di lapangan," ujarnya.

Mendapati kondisi itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau telah menyiapkan diri untuk menghadapi kemugkinan terulangnya bencana kabut asap. Kepala BPBD Bengkalis Jafar Arif mengatakan pihaknya telah mengirimkan sejumlah personel guna melacak keberadaan titik api di daerah itu. Sejumlah lokasi seperti daerah Bukit Batu, Tasik Serai, Bukit Kerikil, Siak Kecil, terindikasi sebagai pusat lokasi kebakaran hutan.

"Saat ini tim BPBD Bengkalis dibantu personil TNI telah disebar di sejumlah titik kebakaran. Kita terus berupaya untuk memadamkan api di lahan gambut tersebut," terangnya.

Sejauh ini, pantauan terakhir satelit NOAA 18 mendeteksi total sebanyak 256 titik api kebakaran hutan dan lahan di Sumatra. Jumlah terbesar tetap terdapat di Riau yaitu sebesar 166 titik api.

Jumlah itu tersebar di 11 kabupaten/kota yakni yang terbanyak terdapat di Rokan Hilir sebesar 41 titik api. Menyusul Bengkalis 28 titik api, Siak 21 titik api, Pelalawan 20 titik api, Rokan Hulu 19 titik api, Indragiri Hulu 19 titik api, Kota Dumai 5 titik api, Kampar 4 titik api, Indragiri Hilir 4 titik api, dan Kuantan Singingi 1 titik api.

"Cuaca panas serta musim kemarau masih menjadikan tingkat kebakaran lahan di Riau tetap tinggi. Kami hanya meminta agar jangan ada pembukaan lahan dengan cara membakar," kata staf analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Tri Puryanti.

Selain itu, situasi kualitas udara di Kota Pekanbaru terus menurun. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau mencatat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 619 PSI, Minas 247 PSI, Duri Camp 164 PSI, dan Duri Field 292 PSI.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menghabiskan lebih kurang Rp75 miliar untuk operasi penanggulangan bencana kabut asap Riau yang resmi berakhir pada 6 Juli lalu.

Dalam operasi itu, tim gabungan BNPB, TNI, SAR, dan Mabes Polri berhasil memadamkan kebakaran hutan dan lahan sedikitnya sekitar 16 ribu hektar dan menangkap puluhan tersangka pelaku pembakar lahan. (rep1)