Nasional

Demi Selamatkan Ayah Gadis Nikahi Tentara ISIS

Turki - Hanan, bukan nama sebenarnya, terisak mengenang kejadian pahit yang menimpanya. Gadis 26 tahun itu mengorbankan diri untuk ayahnya. Ia terpaksa menikahi tentara Negara Islam (ISIS) agar kelompok teroris tersebut melepaskan sang ayah.
 
Semua bermula ketika ISIS melakukan sweeping di kota tempat tinggal Hanan di timur Suriah. ISIS tak segan menahan siapapun yang dicurigai menentang mereka. “Ketika ISIS datang, seseorang memberitahu mereka bahwa ayah saya memiliki senjata. Jadi, mereka menahannya,” kata Hanan seperti dilaporkan CNN, 5 Februari 2015.
 
Yang tersisa dari keluarga itu memang hanya Hanan, dua saudara perempuan, dan ibunya. Saudara laki-laki Hanan terbunuh dalam bentrokan dengan ISIS. Untuk mengenang sang putra, ayah Hanan menyimpan senjata AK-47 milik saudara laki-laki Hanan.
 
Kemudian, Hanan dan ibunya pergi ke markas besar polisi syariah ISIS, tempat sang ayah ditahan. Polisi itu sempat menggoda Hanan. Ia bertanya tentang laki-laki pelindung Hanan. Namun Hanan dan ibunya mengatakan hanya ada mereka. Tak berapa lama, ibu Hanan membawa kabar buruk. ISIS akan membebaskan ayah Hanan jika gadis itu mau menikahi kepala polisi syariah.
 
Kepala polisi itu bernama Abu Mohammed al-Iraqi. “Hidup ayah saya ditukar dengan pernikahan dengannya. Kami tidak punya siapapun selain ayah. Saya harus menerima,” Hanan berujar. Al-Iraqi adalah nama samara milisi ISIS. Hanan bahkan tidak pernah tahu nama asli orang itu.
 
Hanan mendeskripsikan perawakan Al-Iraqi tinggi, kurus, berkulit gelap, berjanggut panjang dengan rambut tumbuh hingga ke pundaknya. Menurut Hanan, Al-Iraqi bicara tergagap pada malam pertama mereka. Ia memaksa mendekatkan diri dengan Hanan. Awalnya Hanan melawan, namun kemudian dia pasrah.
 
Sehari-hari Hanan dikunci dalam rumah. Ia hanya diizinkan menggunakan telepon untuk menghubungi orang tua dengan pengawasan. Al-Iraqi pula yang berbelanja. Mereka jaranga berbicara kecuali sapaan biasa. Hanan menjadi tahanan, pembantu, juga budak seks.
 
Hanan juga menyebut Al-Iraqi mengalami paranoid. “Dia tidak pernah merasa aman. Dia tidur dengan senapan di dekat kepalanya,” kata Hanan. Jika ada yang mengetuk pintu, Al-Iraqi menyambangi dengan membawa pistol dan penutup wajah. “Dia tidak percaya siapapun.”
 
Al-Iraqi bertugas menegakkan syariah termasuk larangan merokok. Namun, masih menurut Hanan, orang itu justru menyimpan rokok di rumahnya. Ia bisa menghilang berhari-hari, membiarkan Hanan terkurung.
 
Sebulan setelah mereka menikah, Al-Iraqi tewas terbunuh. Hanan dikirim kembali ke rumah orang tuanya yang menyambut denga tangis. Meski lepas dari ISIS, Hanan kehilangan sesuatu dari dirinya yang tak dapat tergantikan. (rep01/tco)