Nasional

Bohongi Indonesia, BlackBerry Kena Karma

Smartphone BlackBerry sempat mencicipi masa jaya di Indonesia pada 2010 sampai 2011 melalui penjualan handset yang sangat laris di pasaran. Namun kini, riset IDC mencatatkan BlackBerry hanya mendapat 3 persen pangsa pada kuartal I-2014. Padahal, sebelumnya mereka memperoleh 43 persen pangsa pasar smartphone di Indonesia pada 2011.
 
Penurunan pangsa pasar di Indonesia bisa dilihat dari berbagai aspek, selain bombardir brand kompetitor seperti Android dan Apple iOS, juga kesalahan pada strategi perusahaan. "BlackBerry itu turun karena kesalahan sendiri. Pertama, kalau secara produksi (handset) BB10 yang tidak laku di pasaran, Playbook tidak laku di pasaran. Yang paling penting adalah kesalahan mereka menjadikan pemerintah di pasar-pasar mereka sebagai musuh," kata Heru Sutadi, Eksekutif Direktur ICT Indonesia, di Jakarta, Selasa (11/11/2014).
 
Penurunan di Indonesia juga terkait janji palsu yang kabarnya BlackBerry akan membangun pabrik dan server di Indonesia, tetapi rupanya hanya isapan jempol. Alih-alih ingin membangun pabrik di Indonesia, BlackBerry justru melakukan hal itu di Malaysia.
 
"Dalam kasus di Indonesia, kita pasar BB yang besar. Pemerintah punya kepentingan tertentu (dengan berdirinya server di Indonesia). Apakah terkait masalah keamanan dan sebagainya. BlackBerry kalau kita lihat tidak kooperatif. Padahal, Indonesia sebagai pasar utama di Asia Pasifik. Sehingga yang terjadi adalah pemerintah jadi tidak men-support dan meng-endorse keberadaannya di Indonesia," terangnya.
 
Lebih lanjut Heru mengatakan, pemerintah sempat merasa kecewa karena rupanya perusahaan yang berkantor pusat di Kanada itu tidak jadi membangun server di Indonesia. "Bangun server-lah di Indonesia karena penggunanya banyak. Awalnya janji-janji iya, ternyata engga. Pemerintah merasa dibohongi," ujarnya.
 
Dengan berdirinya server atau pabrik di Indonesia, menurutnya, maka akan menyediakan lapangan pekerjaan dan pemanfaatan sumber daya manusia dari Tanah Air. "BB saat itu sombong begitu ya, merasa nomor satu di dunia, akibatnya menjadi seperti itu ," ucapnya.
 
Pangsa pasar BlackBerry di Indonesia jauh di bawah merek global seperti Samsung, bahkan di bawah produk lokal seperti Advan, Evercoss, dan Smartfren.
 
Sementara menurut Andy Cobham, mantan Country Head BlackBerry Indonesia, kepada media asing The Globe and Mail, mengungkapkan bahwa kesalahan strategis perusahaan, kompetisi yang ketat, serta adanya gesekan-gesekan dalam perusahaan adalah penyebab penurunan tersebut. (rep05)