Siak - Muhamad Delvi, 20 tahun, tersangka otak pembunuhan dan mutilasi bocah di Riau ternyata merupakan sosok yang pemalu di lingkungan tempat tinggalnya. Pria yang membantai semua korbannya secara sendirian dan bersama-sama itu dikenal kerap menunduk saat berhadapan dengan warga sekitar.
Meski demikian, warga setempat juga menilai Delvi termasuk ramah. "Dia juga ramah. Kalau lewat suka tegur sapa sama tetangga,” kata Elly, tetangga sebelah rumah Delvi, saat ditemui Tempo di Perumahan BTN, Desa Pinang Sebatang, Perawang, Siak, Selasa, 12 Agustus 2014.
Menurut Elly, Delvi sangat pendiam dan pemalu. Ia juga memiliki karakter tertutup karena jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya. Delvi, kata Elly, memang jarang tinggal di rumah sejak ayahnya meninggal setahun lalu. “Rumah ini sekarang ditempati oleh abangnya. Dia sering tinggal di Duri bersama abangnya yang lain, hanya sesekali menginap di sini,” kata Elly.
Elly mengaku para tetangga sekitar rumah tidak menyangka Delvi adalah pelaku pembunuhan dan mutilasi. Sebab, keluarga Delvi dikenal baik oleh masyarakat sebagai penjual sate. Warga pun tidak melihat sikap mencurigakan dari tersangka.
Pantauan Tempo, rumah Delvi di Perumahan BTN, Desa Pinang Sebatang, terlihat sepi. Rumah bercat oranye itu terkunci rapat. Di sebelah rumah ada ruangan semacam tempat berjualan. Ada juga etalase untuk berjualan sate. Menurut warga, ayahnya penjual sate keliling. “Sejak kasus ini terungkap rumahnya kosong,” kata Elly.
Kepolisian Resor Siak menangkap Delvi beserta istrinya, Dita, dan dua temannya, Supiyan, 26 tahun, dan DP, 17 tahun, sebagai tersangka pelaku pembunuhan dan mutilasi tujuh bocah di Riau. Polisi menyebut Delvi sebagai otak aksi tersebut. Dia dibantu istri dan dua temannya saat melakukan mutilasi. (rep01/tco)