Merasa tak nyaman harus menggunakan kondom laki-laki ataupun perempuan? Ilmuwan kini menawarkan alat kontrasepsi baru.
Bukan hanya lebih nyaman, alat kontrasepsi ini juga bisa melepaskan obat anti-retroviral (ARV), obat untuk herpes, serta bisa digunakan dalam jangka waktu tiga bulan.
Publikasi tentang cincin "ajaib" ini bisa dibaca di jurnal PLOS One. Patrick Kiser dari Northwestern University adalah salah satu yang terlibat dalam riset ini.
Cincin tersebut sebenarnya adalah kontrasepsi intravaginal. Bentuknya memang seperti cincin. Untuk memakainya, cincin itu harus dimasukkan lewat vagina.
Alat kontrasepsi ini menawarkan perlindungan pada dua macam virus, yaitu HIV dan herpes, tetapi tidak pada penyakit menular seksual lain, seperti sifilis dan gonorhoe.
Penelitian hingga menghasilkan alat kontrasepsi ini terbilang tak mudah. Tantangannya besar karena jenis senyawa anti-HIV dan herpes yang berbeda.
"Perbedaan antara dua obat besar, yang menghadapkan kita pada tantangan dalam mendesainnya," kaya Kiser seperti dikutip situs web IFLScience.com, Kamis (6/3/2014).
"Tenovoir (salah satu jenis ARV untuk HIV) sangat mudah larut dalam air, sementara lenonorgestrel (untuk herpes) tidak larut dalam air," katanya.
"Dosis harian antara keduanya juga berbeda. Cincin melepaskan 10 miligram tenovoir, tetapi hanya 10 mikrogram lenovosgestrel," imbuhnya.
Saat ini, cincin dirancang untuk melepaskan dosis tenovoir dan lenovosgestrel yang lebih kecil daripada dosis oral karena obat akan langsung bekerja pada target transmisi.
Apakah kontrasepsi ini sudah terbukti efektif? Sejauh ini, belum ada uji coba pada manusia. Namun, ilmuwan sudah melakukan uji coba pada kelinci.
Pakar kesehatan Karyn Fulcher dari organisasi Scarleten berkomentar, "Saya berpikir tentang edukasi, kepraktisan, dan biaya."
Fulcerh juga mengatakan, "ARV yang terus diberikan pada orang sehat memiliki risiko seperti pemberian antibiotik kepada seseorang yang tak mengalami infeksi."
"HIV bermutasi dengan cepat dan sudah ada beberapa strain. Resistensi adalah salah satu yang perlu diperhatikan dan sudah ada beberapa strain yang resisten terhadap tenovoir," imbuhnya.
Peneliti menanggapi bahwa strategi untuk memberikan dua jenis ARV seperti pada pengobatan bisa diadaptasi.
Namun intinya, peneliti berpandangan bahwa kontrasepsi ini akan menyelesaikan ketidakpraktisan penggunaan kondom.
Peneliti mengatakan, kontrasepsi ini harus disimpan pada suhu 37 derajat celsius maksimal selama lima tahun. Namun, tantangan penyimpanan juga dihadapi di daerah tropis. (rep05)