Sembahyang Kuburan, merupakan upacara keagamaan suku Tionghoa penganut agama Budha. Upacara ini dilakukan hari ke-14 purnama bulan 3 tahun Cina. Menjelang sembahyang Kubur, makam harus sudah dibersihkan jauh-jauh hari. Sehingga pada saat hari pelaksanaan, tinggal menjalankan ritualnya saja.
Pada saat inilah seluruh warga Tionghoa sibuk menyambangi setiap kuburan leluhurnya. Maka kegiatan ini dijadikan wisata sembahyang kubur karena dihadiri ribuan warga lokal hingga internasional.
Sembahyang kubur ini bertujuan untuk mengingat para leluhur yang telah tiada sekaligus untuk memohon doa agar anak cucu yang hidup didunia ini diberi kehidupan yang lebih baik dan bahagia. Ketika Sembahyang mereka telah terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal yang kian menjadi persyaratan. Seperti uang emas atau uang perak, baju kertas, sepatu kertas, aneka hidangan makanan dan minuman, beberapa batang dupa yang terkubur didepan nisan leluhur.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk refleksi bahwa seuatu saat nanti mereka yang saat ini masih dibumi juga akan ada ditempat seperti ini, dan keturunan mereka juga akan meneruskan tradisi ini dengan mengirim dan memanjatkan doanya.
Adanya perayaan Ritual tersebut telah mengundang para wisatawan dan orang yang datang ke Bagansiapiapi pada acara berlansung tidak hanya berasal dari desa-desa atau nelayan disekitar Bagansiapiapi, melainkan juga datang dari kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Pekanbaru, Jakarta, Surabaya, dan lain sebagainya. Bahkan banyak juga yang datang dari manca Negara seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, dan Taiwan.
Bila dilihat dari potensi yang ada, seperti upacara Bakar Tongkang, Imlek dan Sembahyang Kubur. Maka wisata religi ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan. Sama halnya seperti upacara Bakar Tongkang yang setiap tahunnya dikembangkan dan dikemas menjadi suatu event wisata andalan bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. (rep1)