PEKANBARU - Krisis listrik yang berkecamuk di Riau membuat mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pekanbaru berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Riau, Pekanbaru, Jumat (27/9/2013). Mereka mengumpulkan koin yang akan diserahkan ke PT PLN untuk membeli genset.
Dengan menggunakan kardus bekas para mahasiswa itu mendatangi pengendara yang berhenti di traffic light di persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gajah Mada. Aksi yang merupakan sindiran kepada PT PLN ini disambut dengan senyum oleh para pengendara. Bahkan, merkea rela memasukkan uang recehan ke kardus-kardus yang disodorkan mahasiswa.
Kepada para pengendara mahasiswa menjelaskan bahwa uang yang terkumpul diserahkan ke PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR). "Uang ini merupakan bantuan warga Pekanbaru kepada PLN agar bisa membeli genset dalam mengatasi krisis listrik di Riau," tutur salah seorang mahasiswa.
Aksi pengumpulan koin itu dilaksanakan tak sampai dua jam. Lalu, mereka bergerak ke kantor PT PLN WRKR di Jalan Dr Setia Budi, Pekanbaru. Di depan kantor itu, mahasiswa menggelar unjuk rasa sambil membawa koin yang mereka kumpulkan.
Dalam aksinya, mahasiswa mendesak Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, mencopot Dodi Benyamin Pangaribuan dari posisinya sebagai General Manager PT PLN WRKR. Pasalnya, Dodi dianggap tak mampu krisis listrik di Riau.
Tuntutan itu dilanjutkan dengan pengirimanan pesan singkat secara bersama-sama kepada Dahlan Iskan. Pesan singkat itu berbunyi; "Jangan sembunyi-sembunyi, segera atasi krisis listrik di Riau, harga mati, Dodi turun."
"Kami menuntut agar Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk segera mencopot GM PLN WRKR karena tidak mampu mengatasi listrik di Riau. Lalu, menuntut Menteri BUMN dan Dirut PLN segera mengatasi krisis litrik di Riau," kata Yopi Arianto, saat berorasi di hadapan Humas PT PLN WRKR, Syairul.
Yopi beranggap, alasan musim kemarau yang sering diucapkan Dodi sebagai penyebab krisis listrik meruapakan alasan klasik. Pasalnya, musim kemarau kerap dijadikan alasan bila terjadi pemadaman bergilir di Riau. "Dodi sudah tak sanggup memimpin PLN di Riau, dia hanya memberi alasan klasik saja, yakni musim kemarau membuat permukaan air di waduk PLTA Koto Panjang menyusut," papar Yopi.
Seharusnya, lanjut Yopi, Dodi mampu memberikan solusi agar hal serupa tak terjadi berulang-ulang. Misalnya, memberi genset baru. "GM PT PLN tidak pernah memberikan solusi kepada masyarakat atas pemadaman listrik yang terus berlanjut. Malahan, PLN Riau hanya memberikan alasan klasik yang membodohi masyarakat," ujar Yopi.
Kepada mahasiswa, Syairul mengatakan, Dodi tak bisa menemui mereka karena sedang mengikuti pendidikan di Jakarta. Namun, dia berjanji menyampaikan aspirasi mahasiswa itu ke Dodi.
Syairul juga menjelaskan, penambahan durasi pemadaman bergilir terpaksa dilakukan karena tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di waduk Koto Panjang, danau Singkarak, dan danau Maninjau, tak beroperasi maksimal. Pasalnya, permukaan airnya menyusut drastis akibat musim kemarau.
Penjelasan Syairul ini tentu saja tidak memuaskan bagi para mahasiswa. Mereka lalu bergerak untuk menyegel kantor PT PLN WRKR. Tetapi, upaya mahasiwa itu berhasil halang-halangi polisi yang mengawal aksi tersebut. Akibatnya, mahasiswa marah dan menyebarkan uang koin yang mereka kumpulkan sebelumnya di halaman kantor itu. Lalu dengan kecewa, mereka membubarkan diri. (rep1)