BANGKINANG - Awan kelam sepertinya belum beranjak dari PSPS Pekanbaru. Menjamu Persidafon Dafonsoro dalam lanjutan Indonesia Super League (ISL) di stadion Tuanku Tambusai, Askar Bertuah kalah dengan skor 1-2.
Dengan hasil ini praktis PSPS mengalami hattrick kalah. Askar Bertuah tiga kali kalah secara beruntun, setelah sebelumnya dua kali kalah saat melakoni tur Papua.
Pertandingan ini sendiri, sebenarnya berjalan seimbang. Baik PSPS dan Persidafon sama-sama saling jual beli serangan sepanjang pertandingan.
Di babak pertama Persidafon unggul lebih dahulu di menit ke-38, setelah Makanuay sukses merobek jala tuan rumah. Tersentak dengan gol Persidafon, PSPS coba lebih intens melakukan serangan. Namun hingga 45 menit dan tambahan waktu berakhir, skor 0-1 untuk Persidafon menutup laga diparuh pertama.
Di babak kedua, PSPS bermain lebih terkoordinir. Alhasil tuan rumah berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-74 lewat Konate Makan.
Sayangnya skor imbang tidak bisa dipertahankan PSPS. Di penghujung laga, Persidafon berhasil menjadi mimpi buruk PSPS setelah Finkreuw membawa kemenangan Persidafon. Hingga 90 menit dan tambahan waktu berakhir, skor 2-1 untuk Persidafon menutup pertandingan kali ini.
Berkat kemenangan ini, seperti dilansir sindonews.com, Persidafon naik ke posisi 16 dengan 11 poin. Sementara PSPS tetap berada di posisi 15 dengan 13 poin.
Kekalahan tiga kali beruntun ini tak lepas dari persoalan yang saat ini membelit PSPS. Sebelumnya, Pelatih Kepala PSPS, Mundari Karya, menyatakan krisis keuangan klub sudah sangat pelik yang membuat dirinya menilai sebaiknya manajemen menjual tim ini sebagai langkah penyelamatan. "(PSPS) Sebaiknya dijual saja. Banyak kok yang mau beli dan ngurusin. Tinggal masalah harga saja," kata Mundari seperti dilansir antara.
Menurut Mundari, PSPS sudah tak layak untuk berkompetisi di ISL karena tidak ada dana. Sebagian besar pemainnya, termasuk gaji dirinya sebagai pelatih, belum dibayar gajinya sejak musim lalu. Akibatnya, banyak pemain yang mogok ikut pertandingan. "Saya sudah membujuk mereka dan mudah-mudahan mereka mau. Nggak usah pakai latihan-latihan lagi, langsung main saja," katanya.
Menurut dia, jika pemain masih mogok, maka ia akan menurunkan pemain lokal dan junior PSPS untuk menghadapi pertandingan sisa pada putaran pertama ISL. "Bisa sih bisa (PSPS) melanjutkan kompetisi hingga musim depan juga bisa. Tapi ya dengan materi pemain seadanya," katanya.
Harapan untuk menyelamatkan PSPS sempat mengemuka setelah Bupati Kampar, Jefry Noer, berjanji menggelontorkan dana sehingga markas PSPS pindah dari Pekanbaru ke Kampar. Namun, ternyata kondisi tidak juga berubah. "Bupati pinginnya menang saja baru gaji dibayar. Kalau kalah nggak mau tahu," keluh Mundari. (rep01)