RENGAT-Kebutuhan akan beras bagi masyarakat Inhu saat ini terlihat dapat terpenuhi. Meskipun ada kenaikan harga di pasaran yang dijual oleh para pedagang.
Walaupun beras dapat diperoleh dengan mudah di Inhu ternyata sebagian besar berasal dari luar daerah. Mengingat produksi gabah kering panen yang dihasilkan selama ini hanya bisa memenuhi 30 persen kebutuhan masyarakat.
"Dari hasil ataupun produksi gabah kering panen yang kita lakukan selama ini melalui panen raya hanya mampu memenuhi 30 persen dari kebutuhan beras masyarakat. Dengan estimasi jumlah penduduk Inhu hanya sebanyak 400 ribu jiwa,"jelas Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Inhu Rahmat SP, Jumat (27/2/2015).
Menurutnya, tahun 2015 ini dikembangkan tanaman padi seluas 3.272 hektar yang tersebar di berbagai kecamatan di Inhu. Dengan hasil produksi gabah kering panen setiap hektarnya mencapai 4,2 ton setiap kali panen dan ada yang dua kali panen dalam satu tahun.
"Tahun depan diharapkan produksi gabah kering panen sudah dapat menutupi 50 persen dari kebutuhan masyarakat Inhu. Berbagai upaya dilakukan selain perluasan areal tanam juga perbaikan saluran irigasi, pintu air serta juga pemupukan dan pembinaan petani secara intensif,"jelas Rahmat, dikutip halloriau.com.
Lebih jauh diungkapkannya bahwa pihaknya saat ini sudah mengetahui mengenai adanya kenaikan harga beras di pasaran. Tetapi harga beras yang berada di kilang Kec. Batang Cenaku pada hari Kamis (26/2/2015) masih seperti biasa Rp 8.500/kg.
Dari pantaun di lapangan, seperti di pasar rakyat Airmolek Kec. Pasir Penyu pada hari Jumat (27/2/2015) beras cukup banyak tersedia. Baik yang dijual di kedai-kedai maupun juga di los dan supermarket.
Namun demikian menurut Wirdahayati warga masyarakat Kota Airmolek terjadi kenaikan harga beras yang sering dibelinya. Menurutnya beras belida yang sebelumnya dibeli Rp. 10.700/kg mengalami kenaikan menjadi Rp 11.200/kg.
"Selaku masyarakat kita berharap agar harga beras dapat diturunkan mengingat berbagai harga kebutuhan lainnya mengalami kenaikan yang memberatkan ekonomi. Apalagi beras merupakan kebutuhan pokok yang harus ada,"ungkap Wirdahayati. (cr01/hrc)