JAKARTA - Memasuki tahun politik menjelang Pemilu 2014, hampir setiap hari muncul hasil jajak pendapat yang digelar sejumlah lembaga survei. Hasilnya berbeda satu sama lain.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengaku heran dengan perbedaan mencolok antar lembaga survei ini. Perbedaan-perbedaan signifikan hasil survei elektabilitas, baik parpol maupun kandidat, menyimpulkan perlunya akreditasi lembaga survei.
"Seringnya publikasi berbeda-beda dari survei yang dilakukan pada periode sampling yang sama, menjadikan hasil survei seperti sampah informasi yang memenuhkan ruang informasi publik," kata Romahurmuziy saat dihubungi di Jakarta, Rabu (17/8/2013).
Menurut pria yang lebih akrab disapa Romy ini, dengan akreditasi, akuntabilitas hasil survei dapat dipertanggungjawabkan sehingga publikasinya dapat dijadikan pedoman. "Survei mestinya menjadi alat analisis saintifik, bukan publikator gosip atau pembentuk opini," kritiknya.
Indikasi keberadaan lembaga survei sebagai alat pembentuk opini, terlihat dari bermunculannya lembaga-lembaga survei secara sporadis dengan berbagai nama. Sedangkan indikasi rendahnya kualitas survei nampak dari beragamnya hasil survei terhadap satu persoalan yang sama.
"Karenanya, komunitas lembaga survei perlu menyepakati akreditasi dirinya sendiri, untuk mengembalikan survei sebagai alat ukur yang bermartabat," tutup Romy.. (rep/01)