BAGANSIAPIAPI - Arah jatuh tiang replika tongkang yang dibakar menjadi makna tersendiri bagi warga Tionghoa Bagansiapiapi hingga wisatawan manca negera yang hadir dalam perayaan budaya Bakar Tongkang, Senin (24/6) lusa. Pasalnya, arah jatuh tiang replika tongkang dianggap menjadi penentu ramalan sumber rezeki tahun mendatang.
Ritual tahunan yang selalu disesaki ratusan ribu jiwa itu untuk mengenang para leluhur yang menemukan kota Bagansiapiapi dan wujud syukur terhadap Dewa Kie Ong Ya dan Dewa Tai Su Ong. Kegiatan yang bermula tahun 1826 silam ini, awalnya dimulai oleh 18 orang dari Provinsi Fu-Jian, Cina, berlayar menggunakan 3 kapal kayu (tongkang) menuju Bagansiapiapi. Di tengah perjalanan, dua tongkang tenggelam dan hanya satu kapal berisikan 18 orang itulah yang sampai ke Bagansiapiapi.
"Untuk mengenang leluhur, orang Tionghoa di Bagansiapiapi setiap tahunnya membakar kapal tongkang dan diyakini dengan arah tiang yang jatuh usai dibakar ke arah mana. Jika arahnya ke laut, maka diprediksi rezeki tahun berikutnya ada di laut. Jika jatuhnya ke darat, maka rezekinya jatuh ke darat. Tradisi itulah yang diyakini 18 orang penemu Bagansiapiapi hingga kami lakukan sampai saat ini. Makanya makna dari Bakar Tongkang sebenarnya menunggu arah jatuhnya tiang replika tongkang," ujar tokoh Tionghoa Bagansiapiapi, Ahwi Oliong, Jumat (21/6).
Diterangkannya, saat treplika tongkang dibakar, sambil memanjatkan doa-doa kepada para dewa dan leluhur, warga Tionghoa berharap peruntungan rezeki dimasa berikutnya. "Sebagian besar orang Tionghoa meyakini tradisi leluhur, karena diyakini saat prosesi pembakaran tongkang, Dewa Ki Hu Ong Ya (Dewa Laut) dan Dewa Ki Hu Ong (Dewa Penyelamat) akan datang dan mengabulkan doa," terangnya.
Kedua dewa ini dipercaya melambangkan dua sisi kehidupan manusia (baik dan buruk). "Sebelum tongkang dibakar, terlebih dahulu diarak keliling kota Bagansiapiapi dengan sambutan suka cita warga dengan tiga lidi sembahyang untuk setiap orang. Selain itu, rumah-rumah warga dihiasi dengan lampion dan patung maupun lukisan dewa-dewa. Cara membakarnya juga tak sembarangan, sesuai arahan sesepuh melalui bisikan dewa yang ada di tongkang yang akan dibakar itu," paparnya.
Di sisi lain, Bagansiapiapi terletak di Barat Daya Provinsi Riau, dulunya, kota kecil ini dikenal sebagai penghasil ikan terbesar di dunia setelah Norwegia. Namun, kejayaan kota yang ikan itu kini terus mengalami penurunan hasil ikannya akibat ilegal fishing yang terus menjamur. "Semoga dengan kehadiran bapak menteri dapat memberikan solusi penyelamatan laut Rohil yang terus mengalami ancaman pukat harimau dari nelayan luar," harap Ahwi. (rep/01)