NEW JERSEY – Rendahnya harga minyak membuat banyak perusahaan minyak dan gas terlilit beban utang. Tak tanggung-tanggung, utang tersebut menyebabkan perusahaan mengalami default (gagal bayar) atau utangnya pada tingkat yang luar biasa. Bahkan, perusahaan rating Moody’s memperkirakan tingkat gagal bayar di perusahaan minyak akan meningkat.
"Sektor energi masih yang paling bermasalah, hingga saat ini ada 79 perusahaan yang default," kata analis Moodys Sharon Ou, seperti dilansir CNBC, Kamis (26/11/2015).
Harga minyak pernah menyentuh level tertinggi hingga USD100 per barel. Namun, kini minyak mentah West Texas Intermediate berada dikisaran USD40 per barel, pendapatan perusahaan-perusahaan minyak semakin mengering dan juga terbebani utang.
Kepala eksekutif Avenue Capital Group Marc Lasry, mengatakan banyak perusahaan energi yang melakukan pinjaman di USD250 miliar dan USD300 miliar, pada awal tahun lalu pinjaman hanya USD100 miliar.
Pejabat Federal Reserve pada awal November mencatat terjadi kenaikan kredit yang terkait dengan eksplorasi minyak dan gas, produksi, dan jasa energi menyusul penurunan harga energi sejak pertengahan 2014.
Wells Fargo, Bank of America dan JPMorgan Chase, merupakan bank-bank besar yang memberikan peringatan tentang kesehatan pinjaman perusahaan di sektor migas tersebut. Beberapa bank melakukan menegosiasi ulang pemberian kredit kepada perusahaanmigas, sementara bank lainnya memotong jalur kredit untuk perusahaan dan meminta lebih banyak jaminan untuk melindungi terhadap default.
Beberapa perusahaan energi secara agresif mengurangi tekanan utang. Beberapa dari mereka menjual aset, yang lainnya memotong pengeluaran, ada pula yang menerbitkan saham baru, dan lain-lainnya melakukan lindung nilai produksi minyak mereka pada harga tertentu.
Bagaimanapun, beberapa di antara mereka tidak bisa lepas dari cengkeraman utang akibat harga minyak rendah dan bersiap untuk kebangkrutan. (rep05)