Sosialita

Muslim Rohingya Diusir di Negerinya, Ditolak di Negara Tetangga

Di negerinya sendiri umat Muslim Rohingya di Myanmar harus mengungsi dari tempat tinggal mereka akibat kerusuhan sektarian sejak setahun lalu. Lembaga pembela hak asasi Human Right Watch (HRW) yang bermarkas di Kota New York, Amerika Serikat, menyatakan saat ini sedang terjadi penghapusan etnis muslim Rohingya di Myanmar.

Akar konflik antara muslim Rohingnya dan umat Buddha di Rakhine sudah ada sejak Perang Dunia Kedua. Umat Buddha merupakan penduduk mayoritas di Myanmar. Sedangkan umat muslim hanya berjumlah lima persen dari 60 juta rakyat Myanmar.

Bentrokan kembali mencuat pada Juni tahun lalu ketika sepuluh muslim Rohingya dibunuh oleh etnis Arakanese lantaran mereka marah setelah seorang perempuan 28 tahun asal Arakanese diperkosa. Akibat peristiwa itu sekitar 200 orang tewas dan 125 ribu lainnya harus mengungsi.

"Sejak kerusuhan Juni tahun lalu kondisi umat muslim Rohingya semakin memburuk. Mereka dipersulit untuk mendapat bantuan kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan, harta benda mereka dijarah dan dirusak," kata pegiat Rohingya Muhammad Sheikh Anwar, seperti dilansir asiancorrespondent.com, pekan lalu.

Dengan kondisi hidup yang memprihatinkan seperti itu wajar jika ribuan muslim Rohingya berusaha mengungsi ke negara tetangga untuk mendapat perlindungan dan penghidupan yang lebih baik.

Menurut data Komisi Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) lebih dari 13 ribu warga muslim Rohingya sudah mengungsi dari Myanmar melalui jalur laut menggunakan perahu. Mereka kebanyakan berusaha mengungsi ke Thailand tapi di sana pun mereka ditolak.

"Thailand jelas-jelas menolak muslim Rohingya. Bahkan Thailand punya kebijakan dibuat oleh Dewan Keamanan Nasional yang menyebut muslim Rohingya sebagai ancaman bagi Thailand," kata Phil Robertson, wakil direktur HRW untuk Asia. (rep02)