Nasional

PSK: Perempuan Mana yang Mau Tidur dengan Laki-laki Berbeda Tiap Hari?

BANYUWANGI  — Musik berdentam keras di salah satu tempat hiburan malam di Banyuwangi. Seorang perempuan mengenakan pakaian seksi tampak bergoyang mengikuti irama musik.
 
"Nunggu pelanggan," ungkapnya. Sari, perempuan berusia 31 tahun itu, mengaku sudah hampir delapan bulan memilih beroperasi di tempat hiburan malam.
 
"Sebelum di sini saya tinggal di kompleks lokalisasi. Ikut sama mucikari. Tapi sejak ditutup dan sering grebekan sama satpol PP, hidup saya enggak tenang. Akhirnya, saya kos saja dekat sini (menyebutkan nama lingkungan). Kalau malam, baru saya keluar cari pelanggan," kata perempuan yang mengaku berasal dari Lumajang ini.
 
Sari mengatakan bahwa ia adalah salah satu wanita pekerja seksual yang mendapatkan bantuan dari pemerintah pada tahun 2013 lalu. Ia memilih kembali menjual diri karena uang bantuan yang ia dapatkan habis untuk membayar utang. 
 
"Sama mami saya yang dulu, saya punya utang banyak. Jadi uang bantuannya buat nutup utang biar bisa keluar dan pindah ke kompleks lokalisasi lain. Eh, sudah pindah ternyata banyak grebekan juga. Pernah saya sampai harus sembunyi di pohon-pohon jati sampai tengah malam agar enggak tertangkap, waktu tempat baru saya digerebek satpol PP. Kapok sih, tapi gimana lagi? Saya butuh uang buat hidup anak saya," ungkap Sari.
 
Sari bercerita, anaknya ia titipkan pada saudaranya yang tinggal di Jember. "Seminggu sekali saya antar uang buat anak saya. Dia sekarang TK. Saya harus bekerja agar dia bisa sekolah. Ayahnya enggak tau ke mana, katanya sih nikah lagi. Dia meninggalkan saya, waktu anak saya masih umur tiga bulan. Saya bekerja seperti ini karena terpaksa, belum lagi suami saya meninggalkan utang cukup banyak. Rumah kami dipegang rentenir sekarang," keluhnya.
 
Saat memutuskan untuk kos, Sari mengatakan bahwa ia harus mengeluarkan uang lebih dibandingkan saat tinggal di kawasan lokalisasi. "Kalo kos kan harus bayar uang kos setiap bulan, terus kadang juga harus beli minuman sendiri seperti ini. Tapi saya anti membawa tamu saya ke kamar kos. Saya maunya di hotel," tambahnya.
 
Demi menghindari grebekan, Sari tidak menetap. Ia berpindah-pindah dari satu tempat hiburan ke tempat hiburan lain. "Nggak harus dugem seperti ini kok. Pindah-pindah. Kalau nggak gitu, gampang terdata sama petugas. Di kafe-kafe juga, tetapi biasanya janjian sama yang sudah kenal. Kalau kafe, biasanya saya di wilayah selatan," ujar Sari lagi.
 
Agar pekerjaannya tidak diketahui oleh tetangga kos, Sari mengaku bekerja sebagai penjaga toko. "Saya pakai baju biasa aja. Dandan sama gantinya nanti di rumah teman," ujarnya.
 
Untuk menjaga kesehatan, dia masih rajin memeriksakan diri dan meminta pelanggannya menggunakan kondom. 
 
"Istilahnya korekan. Paling lama tiga bulan sekali saya selalu periksa ke puskesmas langganan sejak di kompleks lokalisasi dulu. Saya tau kalau pekerjaan saya ini bisa jadi sumber penyakit. Siapa lagi yang peduli kalau bukan saya sendiri. Saya kerja ya kerja sendiri. Saya sakit ya sakit sendiri. Anak saya sekolah ya saya yang mati-matian kerja seperti ini. Jadi ya saya yang harus melindungi diri saya sendiri," kata dia dengan mata berkaca-kaca.
 
Sari mengatakan, ia ingin berhenti dari pekerjaan yang sudah ia tekuni selama lima tahun terakhir ini. Namun, dia tidak tahu harus bekerja apa lagi. "Saya janji pada diri saya sendiri, setelah utang dari suami saya lunas, saya mau berhenti. Jadi pembantu pun saya enggak masalah. Sekarang perempuan mana yang mau dan mampu harus tidur dengan laki-laki yang berbeda setiap hari kalau bukan untuk bertahan hidup seperti saya," kata Sari. (rep01/kc)