Habibie Kembangkan N-250 Jadi Pesawat R-80
Mantan Presiden Bachruddin Jusuf Habibie bertekad pesawat R-80 akan mengudara pada 2017. "Yang bikin adalah Dirgantara Indonesia, perusahaan Dirgantara Indonesia itu masih ada," ujarnya saat bedah buku karangannya, 'Tak Boleh Lelah dan Kalah,' di Jakarta, Selasa, 1 April 2014.
Pesawat R-80 merupakan pengembangan dari pesawat N-250 yang dibuat Habibie pada 1996. Pesawat N-250 ini dikendalikan secara elektronik atau dikenal dengan istilah fly by wire. Menurut dia, pesawat pertama yang menggunakan teknologi ini adalah Airbus A-300 di Hamburg.
Pesawat kedua yang menggunakan fly by wire, ujar Habibie, adalah N-250 buatan PT IPTN (kini berganti menjadi PT Dirgantara Indonesia). Pesawat ketiga adalah Boeing-777. Untuk skala regional, N-250 adalah pesawat pertama yang gunakan teknologi itu.
Pesawat N-250 menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Kini, R-80 melanjutkan N-250. Kabarnya, dari segi ukuran, R-80 memiliki besar dan panjang yang lebih maksimal dibandingkan N-250. Pesawat R-80 akan menggunakan baling-baling di bagian atas badan pesawat sebagai penggerak, seperti N-250. Tujuannya agar konsumsi bahan bakar lebih irit. Maklum, pesawat ini dirancang untuk jarak tempuh kurang dari 600 kilometer.
Habibie mengaku memimpin sendiri diskusi desain engineering, financing, sampai sheduling pesawat R-80. Namun, dia belum mengungkapkan spesifikasi terinci. Jika pesawat ini pengembangan dari karya sebelumnya, tampaknya spesfikasinya tak beda jauh dengan N-250 seperti di bawah ini:
Rentang Sayap : 28 meter
Panjang badan pesawat : 26,30 meter
Tinggi : 8,37 meter
Berat kosong : 13.665 kg
Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
Mesin : turboprop 2439 KW
Baling-baling: 6 bilah
Kecepatan: 610 km/jam
Ketinggian operasi: 7620 meter
Daya jelajah: 1480 km. (Rep01)
Tulis Komentar