Korban Pelecehan Seks Manager Bisnis Media Nasional Dicibir Lebay
Bertahan di tempat kerja dengan situasi yang kurang kondusif, membuat para korban pelecehan seks yang dilakukan oleh eks manager bisnis sebuah media nasional merasa kurang nyaman. Apalagi setelah kasus itu dilaporkan oleh kelima korban, banyak yang mencibir mereka hingga dianggap berlebihan.
"Kantor sudah tidak kondusif, karena banyak akhirnya yang mencibir. Tetapi saya tidak mau membelok dengan menarik laporan saya, hanya karena nggak mau dicibir. Karena bagi saya ini adalah pelecehan seksual, dan saya merasa harga diri saya sudah terkoyak," jelas salah satu korban kepada wartawan, Rabu (12/2/2014).
Sejak kasus itu mencuat, situasi di kantor media tersebut tidak memberikan kenyamanan bagi para korban. Beberapa rekan korban yang tadinya akrab, mulai menjauh lantaran korban melaporkan kasus tersebut ke pihak kepolisian.
"Ada yang tadinya baik kalau ketemu tegur-teguran, sekarang malah buang muka," cetus wanita berambut panjang ini.
Bahkan suatu saat, ketika para korban dan beberapa rekan kerja yang bersimpati atas kasus yang menimpa korban melakukan aksi pasca mutasi F dari departemen tersebut, salah satu rekan korban yang juga pernah menjadi korban justru memperlihatkan sikap yang tidak mendukung korban.
"Waktu kita melakukan aksi di kantor, kita pasang pita kuning, salah satu rekan, dia juga pernah jadi korban malah menertawakan kami lalu bertanya-tanya 'ada apa sih'," imbuhnya.
"Oke lah kalau dia pada akhirnya tidak merasa jadi korban, tetapi tunjukkanlah sikap yang bersimpati, jangan malah menertawakan kami," lanjutnya
Satu waktu, salah satu korban pelecehan seks ini menempelkan pamflet yang berisi imbauan akan pelecehan seks, di dinding lorong lantai 16, 18, 19 dan 20 kantor tersebut. Namun hal itu justru mendapat tanggapan negatif dari kepala divisi, dan bahkan diangkat dalam rapat departemen yang digelar tanggal 30 Januari 2014.
"Kami dibilang lebay, terlalu berlebihan dengan memasang pamflet tersebut. Pamflet itu kami dapatkan dari Komnas Perempuan," ucapnya.
Padahal, tujuan korban memasang pamflet tersebut agar kasus serupa tidak terulang dan para wanita menjadi lebih aware terhadap pria-pria bertangan jahil.
"Tujuannya itu untuk edukasi orang, seperti apa sih bentuk pelecehan seksual itu. Ketika perempuan jadi korban pelecehan, ke mana harus bicara, karena dulu kami juga enggak tahu kami harus bicara ke mana," jelasnya.
"Laki-laki pun tidak bisa seenaknya menyentuh kalau orangnya tidak menerima, karena itu bentuk pelecehan," tambahnya.
Meski tidak mendapat dukungan penuh dari manajemen perusahaan dan rekan-rekan kantor, para korban mencoba untuk tegar saat melakukan pekerjaannya. Para korban melakukan konseling di Yayasan Pulih untuk menumbuhkan kembali rasa percaya dirinya setelah mendapat perlakuan tak senonoh dari mantan atasannya itu.
"Sehari setelah melaporkan kasus ini, saya sendiri tetap bekerja karena saya tidak ingin dianggap drama queen. Tetapi beberapa teman saya yang menjadi korban tidak masuk berhari-hari karena mentalnya belum siap. Mungkin mereka mengira saya baik-baik saja, tetapi saya yang merasakan dan hanya sama psikolog saja saya bisa menangis dan tertawa sepuasnya, karena hanya psikolog yang tahu bagaimana kondisi kejiwaan kami saat ini," tutupnya. (Rep01)
Tulis Komentar