Fokus Rohil

MUI Rohil Tolak Pekan Kondom Nasional

Ketua MUI Rohil, Drs H Wan Achmad Syaiful M Si
BAGANSIAPIAPI - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Rokan Hilir menolak program pekan kondom nasional yang dikeluarkan Menteri Kesehatan RI disaat peringatan hari AIDS se-Dunia, 1 Desember. Pasalnya, program itu bertentangan dengan ajaran agama Islam.
 
"Kita sangat menolak dan tidak setuju dengan program pekan kondom nasional yang di canangkan oleh Menteri Kesehatan, Natfsiah Mboi. Karena telah bertentangan dengan ajaran agama Islam dan Al Quran," tegas Ketua MUI Rohil, Drs H Wan Achmad Syaiful M Si, Kamis (5/12/2013).
 
Menurutnya, peluncuran program pekan kondom nasional adalah pemikiran yang salah. Sebab, program itu telah menyakitkan perasaan ummat Islam, dimana sudah tidak berdasarkan kepada nilai aqidah. 
 
"Salah satunya, sayalah yang sangat kecewa dengan program ini. Saya nilai tidak ada manfaatnya, program Menkes ini hanya sekedar menghabiskan dana. Saya sarankan kalau buat program itu sebaiknya ikutlah nilai-nilai Islam, karena Indonesia ini mayoritas beragama Islam yang mengatur tatanan sesuai pada segala zaman," tegas Wan Syaiful.
 
Lebih jauh dikatakannya, memperbaiki dan meningkatkan akhlak dan mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS harus dengan cara bimbingan yang baik dan bukan melegalkan kondom digunakan kepada para siswa. "Ini sama saja menjerumuskan kalangan muda-mudi di Indonesia," sebutnya.
 
"Program ini saya nilai tidak layak di Indonesia, apalagi khusus bagi masyarakat Melayu Riau. Jelas program ini sangat meresahkan kalangan orang tua dan pemuka agama. Apa sebab, program ini justru menjuruskan dan memperbolehkan melakukan zina bebas," tegas Wan Syaiful.
 
Ditambah Wan Syaiful, mebagi-bagikan kondom secara gratis kepada masyarakat yang belum berkeluarga, sama saja memberikan alat untuk berzina. Karna secara islam hal ini jelas tidak dibolehkan. Untuk itu, kepada generasi muda untuk berhati-hati dengan program tersebut yang jelas ada niat terselubung.
 
"Kepada generasi muda wanita agar mendapat menjaga diri, jangan ikut dengan program tersebut. Dan mari kita pro aktif, nilai secara baik program ini disesuaikan dengan agama kita terlebih lagi dengan tatanan hidup dan berkehidupan bermasyarakat dilingkungan ditempat kita, dan jangan ikut-ikutan budaya barat," kata Wan Syaiful. (rep1)