Hukum

Polres Rohil Diminta Usut Tuntas Pelaku Pembacokan Pasutri

ilustrasi

BAGANSIAPIAPI - Ketua Kelompok Tani Maju Bersama, Pasir Limau Kapas (Palika), Jaslan, meminta Kepolisian Resort (Polres) Rokan Hilir (Rohil) mengusut tuntas pelaku maupun otak pelaku pembacokan terhadap pasangan suami istri (Pasutri), Rajiman (47) dan istrinya Maryatun (45), warga Jalan Sera I, Dusun Batang Kopau, Kepenghuluan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Palika.

Desakan Jaslan bukan tidak beralasan. Pasalnya,  meski kejadian kejadian pembacokan terhadap kedua korban berlangsung pada 5 Maret 2013, namun  belum ada tanda-tanda pelaku pembacokan berikut otak pelaku tersentuh hukum bahkan disinyalir masih bebas berkeliaran.

"Saya meminta pihak kepolisian agar mengusut pelaku dan otak pelaku yang tega-teganya menganiaya Rajiman dan istrinya tanpa tau di mana kesalahannya. Pembacokan itu sendiri membuat Rajiman dan istrinya mengalami luka-luka yang serius dan mengeluarkan banyak darah. Makanya sampai sekarang Rajiman dan istrinya mengalami trauma. Kita menginginkan agar hukum ditegakkan, yang bersalah harus dihukum sesuai dengan perbuatannya," kata Jaslan, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Maju Bersama Palika saat dihubungi, Senin (16/9/2013) kemarin.

Beberapa kali bertemu dengan korban Rajiman dan Maryatun yang juga anggota Poktan Maju Bersama, Jaslan mengaku luka-luka pada sekujur tubuh kedua korban hingga saat ini belum pulih sepenuhnya, di samping kedua korban masih mengalami trauma. Namun Jaslan mengaku sangat sedih ketika sudah berjalan enam bulan, kasus pembacokan itu tidak kunjung diusut oleh aparat kepolisian Rohil.

"Kedua korban hingga saat ini masih menjalani perawatan medis. Kedua korban juga masih  mengaku trauma atas kejadian itu. Walaupun kami pihak keluarga banyak keluar biaya penyembuhan kedua korban, kami tidak begitu sedih. Yang sangat kami sedihkan, sampai sekarang pelaku
pembacokan itu kok tidak diusut kasusnya, di mana letak hukum di negara kita," ungkap Jaslan yang juga abang Rajiman.

Saat kasus ini dikonfirmasi, Kapolsek Palika AKP Wahariyana mengatakan dirinya tidak mengetahui adanya kasus tersebut mengingat dirinya saat kejadian belum bertugas sebagai Kapolsek Palika. Apalagi saat sertijab dengan Kapolsek yang lama AKP Abdul Kholik, kasus pembacokan
tersebut tidak pernah disebut-sebut.  "Walau demikian, saya akan tanya dulu staf saya," ujar Kapolsek Palika AKP Wahariaya.

Seperti pernah diberitakan sejumlah media, korban Rajiman dan istrinya Maryatun  dibacok oleh tiga Orang Tak Dikenal (OTK) pada Selasa (5/3/2013) sore silam. Beberapa saat setelah peristiwa tersebut, kedua korban sempat mendapat perawatan di RS Indah, Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah.

Saat di RS Indah tersebut, korban Rajiman harus mendapatkan 45 jahitan di bagian kepala, luka tusuk di punggung serta dada memar, sedangkan Maryatun terkena bacokan di bagian kepala dan tangan kiri luka terkena sabetan benda tajam.

Maryatun membenarkan penganiayaan terjadi saat kedua korban  dalam perjalanan pulang ke rumah. Dengan tanpa berdaya pasangan suami istri ini tidak mampu untuk melawan tiga OTK yang berbadan kekar yang menyebabkan kedua korban mengalami luka yang serius akibat bacokan demi
bacokan yang singgah di tubuh kedua korban.

Setelah kawanan OTK meninggalkan mereka, Maryatun sempat berusaha menenangkan suaminya yang sudah tergeletak di tanah dalam keadaan bersimbah darah. "Sabar ya pak, sebut asma Allah," berulang kali. "Kami hanya pasrah setelah kejadian," ucap Maryatun terbata-bata saat itu.

Maryatun menduga pembacokan terhadapnya dan suaminya Rajiman terjadi karena persoalan lahan yang sudah mereka miliki sekarang, di mana ada pihak yang merasa tidak senang dengan dikuasainya lahan tersebut. Diakui Maryatun, sebelum kejadian keluarganya kerap mendapat ancaman dari pekerja lahan yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. "Sudah lama mereka mengusir-usir kami dan bahkan pondok kami juga pernah diancam bakal dibakar oleh mereka," tutur Maryatun.

Padahal lanjutnya, lahan itu mereka peroleh dengan cara membeli beberapa tahun lalu, sejak itu dimanfaatkan terus dengan ditanami kelapa sawit dan sudah mulai memasuki usia untuk panen (dodos). Kami tidak  tahu apa sebenarnya salah kami, karena untuk memiliki kebun tersebut kami beli, bukannya mencuri," ujar Maryatun.

Ditambahkan Maryatun saat itu, meski tidak melihat jelas wajah pelaku, ia bisa mengenali tanda-tanda fisik penganiaya-nya. "Memang samar-samar tapi saya mengenal tanda dua orang pelaku dan itu semua adalah anggota kerjanya orang yang mengusir kami untuk pergi," jelas Maryatun. (rep1)