Sosialita

Obat Penghilang Rasa Sakit Berisiko ke Jantung

Oxford - Mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan dosis tinggi secara jangka panjang dan terus menerus berdampak besar bagi risiko terkena penyakit jantung.
 
Para peneliti mengatakan, dosis tinggi dari obat penghilang rasa sakit dapat meningkatkan risiko kejadian serangan jantung, stroke, atau kematian, akibat penyakit kardiovaskular.
 
Nonsteroidal Anti Inflammatory Drug (NSAID) atau OAINS merupakan sekelompok obat pereda nyeri yang mujarab dan paling populer diresepkan di seluruh dunia. Begitu bernilainya obat ini, sampai-sampai tingkat penjualan melebihi US$2 miliar di Amerika Serikat dan US$8 miliar di seluruh dunia. Konsumennya mulai dari bayi hingga lanjut usia. 
 
Jenis NSAID yang banyak dikonsumsi di antaranya aspirin, fenilbutason, asam mefenamat, diclofenax, ibuprofen, piroksikam, meloksikam, dan celecoxib. 
 
Obat-obatan jenis NSAID ini umumnya digunakan untuk mengatasi rematik, sakit pinggang, encok sakit kepala dan flu. Pasien yang secara teratur mengonsumsi diclofenac, akan mengalami gangguan jantung dua per lima lebih tinggi. 
 
Sementara itu, penggunaan obat penghilang rasa nyeri yang lain seperti ibuprofen telah dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke sebesar 18 persen lebih tinggi.
 
Berbeda dengan penelitian tentang ibuprofen dan diklofenac, studi ini juga menemukan bahwa dosis tinggi naproxen, NSAID lain, tampaknya tidak meningkatkan risiko serangan jantung.
 
"Hal ini mungkin karena naproxen juga memiliki efek pelindung ekstra yang menyeimbangkan risiko terkena penyakit jantung," ungkap Colin Baigent dari unit pelayanan uji klinis di Universitas Oxford Inggris.
 
Bagi banyak pasien arthritis, NSAID mengurangi nyeri sendi dan bengkak secara efektif dan membantu mereka untuk menikmati kualitas hidup yang wajar, tetapi tetap harus berhati-hati tentang cara memberikan obat ini. 
 
Donald Singer, seorang profesor farmakologi klinis dan terapi di Warwick University Inggris, mengatakan bahwa, penting bagi para pihak terkait yang memberikan resep obat, untuk memperhitungkan risiko ini dan memastikan pasien sepenuhnya diberitahu tentang obat-obatan yang mereka minta. 
 
"Mereka memiliki risiko, tetapi mereka juga memiliki manfaat, dan pasien harus diberikan semua informasi dan memungkinkan untuk membuat pilihan untuk diri mereka sendiri."ungkapnya.(rep03)