Riau Raya

Terdeteksi 727 Titik Api, Udara Riau Sangat Tidak Sehat

Pekanbaru - Titik api kebakaran hutan dan lahan kembali melonjak tajam. Akibatnya, kualitas udara sejumlah daerah di Riau terus memburuk atau berada pada posisi sangat tidak sehat.
 
Berdasarkan pantauan satelit terra yang dilansir dari www.weather.gov.sg pukul 10.40 WIB, Jumat (10/10), terdeteksi sebanyak 727 titik api pembakaran hutan dan lahan. Dari citra satelit terlihat sebaran titik terbanyak ada di sepanjang pesisir timur Sumatra meliputi Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau. Selain itu, citra satelit memperlihatkan cangkupan sebaran asap sesuai arah angin mengarah ke utara menuju Singapura dan Malaysia.
 
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Yulwiriati Moesa kepada Media Indonesia di Pekanbaru, Jumat (10/10/2014), mengatakan lonjakan titik api di Sumatra mengakibatkan kualitas udara di Riau semakin memburuk. Kabut asap yang telah menyimuti hampir seluruh wilayah Riau dalam sebulan terakhir menjadi kian pekat.
 
"Saat ini kualitas udara di Kota Pekanbaru sudah tidak sehat. Adapun di wilayah lainnya sudah menjadi sangat tidak sehat," ungkap Yulwiriati.
 
Dia menjelaskan, berdasarkan pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di 12 wilayah terpantau rata-rata udara di Riau sudah sangat tidak sehat. Seperti di Kota Pekanbaru kualitas udara berada pada posisi 107 pollutant standart indexs (PSI).
 
Kemudian Siak pada posisi sangat tidak sehat atau menuju berbahaya pada posisi 207 PSI, lalu Perawang kualitas udara tidak sehat pada posisi 149 PSI, Rumbai tidak sehat atau pada posisi 149 PSI, Minas tidak sehat pada posisi 125 PSI, Duri Camp tidak sehat pada posisi 118 PSI, Duri Field tidak sehat pada posisi 110 PSI, Dumai tidak sehat pada posisi 113 PSI, Bangko kualitas udara sedang pada posisi 64 PSI, Libo tidak sehat atau 113 PSI, dan Petapahan kualitas udara sedang pada posisi 80 PSI. "Langkah antisipasi dampak buruk kabut asap, kami meminta masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah," tegas Yulwiriati.
 
Dia menambahkan, warga yang terpaksa harus beraktivitas di luar rumah harus menggunakan masker. Masyarakat juga diharapkan mempersiapkan diri untuk bersiaga terhadap perubahan cuaca akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan.
 
"Jika kemungkinan paling buruk saat udara sudah berbahaya, Kami bersama Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan dokter ahli akan menggelar rapat untuk menentukan perlu tidaknya anak-anak sekolah untuk segera diliburkan," ujar Yulwiriati.
 
Namun sejauh ini, lanjut Yulwiriati, pihaknya bersama instansi terkait masih belum memberlakukan status libur sekolah bagi anak-anak sekolah yang setiap hari harus beraktivitas belajar dan mengajar.
 
"Kita lihat perkembangan kabut asap nanti. Sementara ini, warga harus mengurangi kegiatan di luar rumah dan banyak-banyak meminum air," jelasnya, seperti yang dilansir dari metrotvnews.com.
 
Berdasarkan pengamatan Media Indonesia, kabut asap yang sudah berlangsung selama sebulan terakhir mengakibatkan langit terlihat putih terselimuti asap. Sedangkan sinar matahari tidak dapat menembus hingga ke daratan. Adapun jarak pandang semakin berkurang pada malam hingga subuh hari atau berkisar 1.000 meter. (rep01/mtnc)