JAKARTA - Apakah benar ada pemimpin yang jujur? Di tengah-tengah panasnya persaingan pemilihan umum presiden dan wakil presiden saat ini, semua pasangan calon mengaku sebagai pemimpin yang jujur.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, menerangkan pemimpin yang jujur bisa dilihat dari perbuatan dan janjinya terlaksana dengan baik. Walau pun hasilnya tidak maksimal 100 persen, namun pemimpin tersebut memiliki komitmen yang tinggi menepati janjinya.
Menurut Fadli, pemimpin-pemimpin yang masuk dalam ketegori ini banyak ditemui dalam era perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebut saja Bung Karno, Moh Natsir, Moh Roem dan tokoh-tokoh lainnya.
Bagaimana dengan sekarang, apakah Indonesia memiliki pemimpin jujur 100 persen?
"Tidak semua orang bisa jujur apalagi hidup menjadi politisi di jaman sekarang. Cukup 75 persen baik, 25 persen kita cadangkan. Kalau 100 persen jujur bisa jadi korban. Kalau terlalu baik, bisa-bisa disebut bodoh," kata Fadli dalam sebuah diskusi bertajuk 'Pemimpin dan Kejujuran' di Gereja Katedral, belum lama ini.
Saat itu, seorang panelis bertanya kepada Fadli menjawabnya sebagai seorang pribadi dan akademisi dan bukan politikus.
Lalu bagaimana kita memilih presiden Indonesia pada 9 Juli mendatang? Fadli menyarankan agar memilih pemimpin yang jujur 75 persen. Jika di bawah angka tersebut, Fadli menganggapnya tidak adil untuk masyarakat.
"Menurut saya kita carilah pemimpin 75 persen jujur, 25 persen abu-abu. Tapi kalau 35 persen jujur, itu tidak adil," kata dia, dikutip tribun.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan, Andre Parera. Menurut Andre, terlalu jujur juga bisa dianggap bodoh. Untuk itu, pemimpin juga harus memiliki kecerdikan.
"Soal kejujuran di dalam poltik, kejujuran itu bisa menbuat kita dianggap kebodohan. Pemimpin harus tulus seperti merpati, cerdik seperti ular. Terlalu jujur juga akan mati di tengah jalan," tambah anggota tim pemenangan pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla itu. (cr01/tpc)