Jakarta-Hasil riset lembaga survei Lingkaran Survey Indonesia (LSI) menyatakan bahwa mayoritas publik menilai para elite politik bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama. Sebanyak 37,5 persen masyarakat menyebut bahwa politisi memiliki akhlak tercela.
Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, terjadi disparitas antara klaim ajaran agama dan perilaku para elite politik. Hasil survei mengatakan, semakin ada jarak antara ajaran agama dan praktik politiknya.
"Dalam survei ini juga ditemukan bahwa mayoritas publik meyakini bahwa elite partai politik yang sering kali membawa nama agama, lebih banyak bertindak yang bertentangan dengan ajaran agama. Sebesar 37,5 persen," kata Rully saat memaparkan hasil survei LSI di kantornya, Rawamangun, Jakarta, Minggu (7/7).
Dia melanjutkan, sebanyak 36,5 persen publik yang meyakini bahwa tindakan politikus sesuai dengan yang diajarkan oleh agama. 26,0 persen lainnya menjawab tidak tahu.
Tingginya politikus agama yang berakhlak tercela ini, lanjut dia, tak lepas dari beberapa aspek salah satunya hasil rilis survei KPK yang mengatakan bahwa Kementerian Agama berskala integritas paling rendah ketimbang kementerian lainnya.
Kedua, lanjutnya, partai yang mengklaim diri sebagai partai dakwah justru mantan pucuk pimpinannya terlibat kasus korupsi. "Kasus korupsi impor sapi yang diduga dilakukan oleh mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq juga menggangu logika dan nurani publik," imbuhnya.
Selanjutnya tindak kekerasan dan main hakim sendiri yang dilakukan ormas agama tertentu, menjadi salah satu keyakinan adanya kesenjangan antara klaim ajaran agama dan perilaku.
"Atas nama agama, ormas agama ini melakukan tindak main hakim sendiri kepada kelompok lain yang dianggap berbeda," tegas dia.
Seperti diketahui, riset LSI dilakukan sejak 3 Juli sampai 5 Juli 2013. Metode sample yang dilakukan yakni multistage random sampling. Jumlah responden yang dikumpulkan yaitu sebanyak 1200 responden. Sementara margin of error dalam penelitian ini sebesar 2,9 persen. (rep05)