Gara-gara Rupiah Melonjak, Harga CPO Bisa Tertekan
Jakarta-Menguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang pekan lalu, ternyata tidak sepenuhnya menguntungkan semua pihak. Penguatan tajam rupiah dan ringgit secara mendadak ini telah menekan harga jual minyak kelapa sawit (CPO) di pasar global.
Seperti diketahui, pada penutupan pasar uang, Jumat (8/10). Rupiah menguat tajam, setelah terus menerus melemah. Rupiah kembali menguat ke posisi awal Agustus lalu di level 13.500-an.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan, mengakui jika dalam beberapa hari terakhir ini harga CPO tertekan akibat penguatan tajam rupiah dan ringgit. Indonesia dan Malaysia menguasai sekitar 80 persen pasar ekspor CPO dunia, penguatan itu dikhawatirkan menurunkan daya saing produk CPO dibanding produk minyak nabati dari negara-negara lain.
Tahun lalu, sektor ini telah menyumbang hasil ekspor hingga USD 20,8 miliar (sekitar Rp 280 triliun), namun mulai tertekan akibat anjloknya harga CPO semester I tahun ini akibat melemahnya perekonomian dunia.
’’Selain itu, adanya el nino yang memicu kemarau panjang juga membatasi pasokan CPO sehingga harga terdorong naik,’’ ujarnya.
Fadhil mengakui, harga CPO terkerek naik seiring berjalannya program mandatory biodiesel 15 persen tahun ini, sehingga meningkatkan permintaan di pasar domestik.
Menurutnya sepanjang September lalu, harga rata-rata CPO ada di kisaran USD 526 per ton. Namun, sepanjang Oktober ini harganya sudah bergerak naik ke kisaran USD 570 per ton. ’’Alhamdulillah harganya sudah cukup baik meskipun masih lebih rendah dibanding harga tahun lalu,’’ ujarnya.(rep05)