PEKANBARU - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Riau akan segera bersikap terkait adanya indikasi ajaran Syiah yang dikembangkan secara diam-diam di Pekanbaru oleh imigran gelap, khususnya dari Iran.
"Kami sedang melakukan identifikasi dan penelitian. Sejauh ini memang terbukti adanya ajaran yang dibawa imigran ke daerah kita, dan mencoba mengembangkannya di sini," kata Ketua MUI Provinsi Riau, M Nazir kemarin.
Setelah menyelesaikan penelitian, MUI Riau akan mengadakan pertemuan dengan MUI kabupaten/kota di Riau, sejumlah organisasi Islam, tokoh-tokoh dari Jakarta, dan juga beberapa tokoh dari Malaysia. Pertemuan ini direncanakan di Pekanbaru 18 Mei 2015.
"Kita akan bawa persoalan ini dalam sebuah pertemuan. Selanjutnya baru kita akan mengeluarkan fatwa tentang imigran gelap ini. Dalam pertemuan itu, kita akan membahas soal ajaran Syiah dan juga tentang ISIS, supaya masyarakat memahami dan tidak terpengaruh ajaran-ajaran tersebut," paparnya.
Diakui Nazir, saat ini cukup banyak keluhan dari warga yang merasa terganggu dengan keberadaan imigran pencari suaka, yang jumlahnya kini di Pekanbaru sudah hampir 1.000 orang. Apalagi banyak kabar miring dari keberadaan mereka secara sosial.
Beberapa waktu lalu MUI Riau datang ke imigrasi guna mendesak institusi itu untuk mengawasi keberadaan imigran di Pekanbaru. "Kami berharap pemerintah daerah melakukan upaya-upaya agar imigran tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat. Jangan mereka ditempatkan di tengah masysrakat, karena mereka memiliki ajaran yang tidak sesuai dengan kita," ucapnya.
"Jumlahnya sudah mendekati ribuan orang di sini. Makin sulit mengontrol mereka. Karena itu, kami sangat berharap imigran ditempatkan di suatu tempat tersendiri, tidak membaur dengan masyarakat," tuturnya.
Nazir mengatakan, MUI sangat berharap pemerintah serius dalam menangani masalah imigran ini. (rep05/tpc)