Rupanya Cokelat Sangat Manjur Jadi Obat Antibakteri

Ahad, 19 Mei 2013

Kandungan polifenol dalam kakao dapat dimanfaatkan di luar pangan. Kakao dapat digunakan sebagai obat antibakteri yang bermanfaat bagi kesehatan.

Kakao yang sudah ditemukan sejak masa prasejarah di Amerika Latin sampai dengan awal abad ke-19 kakao dianggap sebagai makanan dan minuman paling istimewa, meningkatkan stamina dan vitalitas. Bahkan pada masanya kali itu, kakao disebut tio broma atau makanan para dewa.

"Kakao hanya dinikmati kalangan bangsawan dan pahlawan perang Spanyol kemudian di bawa ke Eropa. Sehingga lambat laun manfaat biji kakao untuk kesehatan terlupakan," kata Kepala Bidang Penelitian Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di sela kunjungan wartawan ke Pusat Penelitian (Puslit) Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, kemarin.

Tahun 1825 Nestle kemudian menambahkan rasa nikmat coklat dengan susu. Memasuki awal abad 19 manfaat biji kakao untuk kesehatan semakin terlupakan.

Padahal dalam kakao terkandung 10 perseb polifenol yang jauh lebih banyak dibanding polifenol yang terkandung dalam teh hijau. Pencinta coklat pun tidak perlu khawatir, sebab lemak yang terkandung dalam kakao tidak berdampak negatif dan tidak meningkatkan kolesterol, berantioksidan tinggi dan bersifat antibakteri untuk pengobatan tifus yang sudah diuji klinis.

Puslit Kopi dan Kakao lanjutnya meskipun baru ditetapkan sebagai pusat unggulan iptek tahun 2012, namun telah meneliti polifenol sejak tahun 2006.

"Polifenol memiliki sistem modulator yang membuat sistem kekebalan tubuh dan suka mengikat protein. Puslit ini pun sedang menguji polifenol untuk obat flu burung," ucapnya.

Ia menambahkan, kakao memiliki banyak manfaat. Sekitar 50 persen lemak dari biji kakao baik digunakan untuk pembuatan lipstik cair. Lendir kakao bisa dibuat cuka, alkohol dan bahan pengental makanan.

Direktur Puslit Kopi dan Kakao Indonesia Teguh Wahyudi mengungkapkan puslit yang berusia lebih dari 100 tahun ini telah didirikan sejak 1 Januari 1911 sebagai pusat unggulan iptek memiliki visi dan untuk pencapaiannya dengan riset teknologi unggul, pemanfaatan nano dan advance technology yang belum banyak dilakukan lembaga lainnya.

"Riset kopi dan kakao juga melakukan penelitian nonfood uses. Polifenol bisa dimanfaatkan sebagai antibakteria. Penelitian tentang avian influenza pun sedang dikembangkan bersama Universitas Airlangga. Tidak mustahil ada bahan aktif, ekstrak bagi penderita flu burung," paparnya. (rep05)