Jakarta-Politikus PDIP Arya Bima menjelaskan bahwa PDIP sebenarnya sudah membuka pintu komunikasi dengan Partai Demokrat. Megawati, kata Bima, mengirimkan sejumlah utusan untuk bertemu dengan SBY di JCC. Namun justru Ketua Umum Partai Demokrat itu yang menghindar.
"Kami sudah mengirim utusan yakni mbak Puan, mas Jokowi, Pak JK serta Mas Cahyo. Tapi SBY tidak mau menemui," jelasnya, kemarin.
Menurut Bima, SBY sengaja untuk tidak menemui utusan tersebut. Sebab, saat Puan berusaha untuk menelpon Ketua Umum Partai Demokrat itu, ternyata tidak ada jawaban.
"Jadi ketika ditelpon hpnya mati. Dari pukul 17.00 sampai keputusan paket pimpinan DPR itu diputuskan," ujarnya.
Dari informasi yang dihimpun, SBY memang sengaja tidak mau bertemu dengan utusan Megawati. Pasalnya SBY ingin bertemu langsung dengan Megawati. Menanggapi itu, Bima menjelaskan bahwa pertemuan antara SBY dan Megawati tidak seperti silaturahmi keluarga.
Dua orang itu merupakan pemimpin politik partainya masing-masing. Sehingga bisa diwakilkan pada orang lain.
"Jadi berita yang mengatakan Mega enggan bertemu SBY itu tidak benar. Berita ini sengaja dihembuskan untuk pencitraan SBY," ujarnya.
Bima mengatakan, sikap SBY yang tidak mau ditelpon itu memperlihatkan ketidakdewasaan dalam berpolitik. Sikap itu, kata dia, juga ditunjukkan pada saat pengesahan undang-undang pilkada. Awalnya Partai Berlambang Mercy itu mendukung opsi pilkada langsung.
Namun tiba-tiba walkout di tengah persidangan. Hal itu mengakibatkan koalisi PDIP kalah dalam voting. "Lalu dia sibuk ajukan perppu. Itu kan seperti isuk dele sore tempe (plin-plan)," ujarnya.
Lebih lanjut, Bima menyatakan pihaknya tidak bersemangat lagi untuk mengejar paket pimpinan MPR. Sebab, semuanya sudah di desain oleh kubu Koalisi Merah Putih (KMP).
"Bergulir saja. Lha wong sudah settingan. Ini politik akal-akalan kubu Prabowo agar menguasai parlemen," paparnya. (rep05)