Nama Eka Gustiwana melejit setelah mengunggah video parodi Arya Wiguna di situs video sharing YouTube. Berbekal rekaman video Arya yang mengutarakan kekesalannya dengan berapi-api terhadap Eyang Subur, awal 2013 waktu itu, Eka merangkai potongan-potongan adegan dan menambah musik latar bikinan sendiri.
Hasilnya adalah video musik kocak berdurasi 2 menitan, di mana Arya dibuat seolah bernyanyi mengikuti iringan lagu Eka. "Ketika itu saya memang sedang iseng ingin membuat parodi. Kebetulan, saya bisanya di musik, jadi itu yang saya lakukan," kata Eka Ketika ditemui Kompas Tekno di kediamannya yang merangkap sebagai studio musik di Jakarta, Senin (25/8/2014) kemarin.
Video parodi Arya Wiguna tersebut dibuat dengan teknik yang dikenal dengan nama "speech composing". Dialog dalam klip video dipotong-potong, lalu disusun kembali berdasarkan iringan lagu yang dibuat. Keahlian ini memang dimiliki Eka yang hobi mengaransemen lagu secara digital.
Kendati kini berkiprah sebagai komposer lagu, Eka sebelumnya tak mengira bakal terjun ke dunia musik. Malahan, anak sulung dari bersaudara itu tadinya bercita-cita ingin menjadi pegawai kantoran biasa.
Mulai dari ngamen
Jauh sebelum membuat video parodi Arya Wiguna, Eka sudah terampil bermusik dan memperoleh penghasilan dari kesukaannya itu. Minat Eka terhadap dunia olah nada mulai tumbuh ketika ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
"Saya mengenal musik dari ayah yang juga suka musik. Ketika itu belum muncul keinginan serius. Saya kemudian mulai coba-coba membuat lagu. Hal ini yang kemudian berdampak besar terhadap kehidupan saya," tutur Eka.
Minat Eka terhadap musik semakin berkembang ketika ia melanjutkan belajar ke Sekolah Menengah Atas. Selepas SMA, ia dihadapkan pada pilihan sulit karena keadaan memaksanya tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Eka lantas memutuskan untuk mencoba peruntungan lewat lagu.
Awalnya keputusan Eka mendapat pertentangan dari orang tua yang ingin anaknya mengikuti jalur konvensional menjadi pekerja, tapi dia maklum. "Namanya orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anak. Di mata mereka dunia seni mungkin masih belum pasti dari segi pendapatan… Namun saya berhasil meyakinkan mereka agar memberi saya waktu selama 4 tahun, mulai dari ketika itu, tahun 2007."
Berbekal keahlian bermain piano, Eka pun mulai "ngamen", menenteng keyboard dari kafe ke kafe, melayani permintaan untuk mengalun lagu menghibur pengunjung.
Sekali main, dia bisa mendapat honor hingga Rp 200 ribu. Dalam seminggu Eka bisa memperoleh order untuk ngamen sampai delapan kali. "Karena kepepet selepas SMA itulah saya bisa menemukan cara untuk mencari uang. Dapatnya pun lumayan untuk ukuran pemain baru saat itu."
Proyek "thank you"
Perlahan-lahan, dari pekerjaannya mengamen di kafe itu, Eka bisa menabung, hingga kemudian dia membeli peralatan studio dan komputer pribadi untuk keperluan produksi musik secara digital. Eka memang tidak puas dengan sekedar berkeliling ngamen, dia ingin menjadi pencipta lagu.
Dari studio yang dibangun di salah satu kamar di rumahnya itulah, kiprah Eka sebagai komposer musik dimulai. Karena belum punya nama, pada awalnya dia menawarkan jasa membuat musik kepada teman-teman secara gratis. "Istilah saya project 'thank you'. Tidak apa-apa nggak dibayar, yang penting bisa dapat portofolio, dapat pengalaman," kata Eka.
Kesempatan besar pertama buat Eka datang pada tahun 2010, saat dia menulis dan mengaransemen lagu yang dinyanyikan oleh aktris Nikita Willy. Pada tahun yang sama dia mengikuti lomba membuat jingle taman hiburan Dunia Fantasi dan berhasil meraih juara pertama. Permintaan proyek berbayar pun mulai mengalir seiring dengan semakin dikenalnya karya musik Eka.
Kini, Eka sudah terbiasa menggarap proyek musik, entah membuat jingle atau menulis lagu. Daftar kliennya mencakup pengelola rumah sakit, perbankan, telekomunikasi, hingga semua stasiun televisi nasional di Indonesia. Bermusik inilah yang sebenarnya menjadi karir utama Eka, sementara Speech Composing hanya sekedar selingan. "Untuk bikin orang tertawa, ha-ha-ha," candanya.
Dalam menangani proyek-proyek musik ini, Eka yang kadang bekerja bersama teman-temannya mengaku terbantu dengan kemajuan teknologi digital, terutama jaringan internet. "Kalau dulu prosesnya makan waktu berhari-hari karena harus kirim paket CD ke klien, kini dengan layanan seperti Dropbox dan Google drive bisa dalam hitungan menit," jelas dia.
Ke depan layar
Berkat video parodi Arya Wiguna yang dibuatnya, nama Eka kini lekat dengan speech composing. Kebetulan, Eka merupakan salah satu pelopor teknik tersebut di Indonesia, kalau bukan yang pertama.
Video Arya Wiguna dengan cepat disusul oleh speech composing pembawa berita Jeremy Teti, juga gubahan Eka. Dia lalu kembali menelurkan sejumlah video speech composing lain dengan melibatkan berbagai tokoh, mulai komedian Dodit Mulyanto, penyanyi Syahrini, hingga calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Popularitas Eka di YouTube meroket. Dia kini merupakan salah satu YouTuber Indonesia paling "laris" dengan jumlah subscriber mencapai lebih dari 240.000. Kendati demikian, Eka mengaku baru belakangan ini saja mulai merambah situs video sharing itu sebagai sarana publikasi.
"Sebelum video Arya Wiguna itu saya bukan 'YouTuber'. Setelah speech composing saya lebih membuka mata terhadap YouTube," kata Eka. Dulu, Eka melihat YouTube semata-mata sebagai sarana hiburan. Tapi sekarang dia telah menyadari potensi yang dihadirkan oleh situs tersebut, termasuk kemungkinan memperoleh pendapatan dari YouTube di masa depan.
Selain aktif di belakang layar, Eka belakangan juga mencoba tampil di depan kamera lewat rilis single berjudul I'm OK hasil duet dengan penyanyi Nadya Rafika yang juga ditayangkan di YouTube. Dia kini sedang bersiap melepas single kedua.
Kepada rekan sesama pemusik yang hendak berpromosi lewat media internet seperti YouTube, Eka menyarankan agar pede dan tidak malu-malu menyalurkan karya lewat kanal pilihan. "Kalau memang bagus, pasti akan viral sendiri. Kalau kurang, kita bisa belajar dari kesalahan. Sekarang sudah ada banyak media seperti Soundcloud dan lain-lain. Jadi, kenapa harus malu?" (rep05)